Jika di dunia nyata ada yang pura-pura sakit untuk mendapatkan simpati, para kreator ini jauh lebih rendah lagi dengan menyakiti diri sendiri dan merendahkan harga diri demi sebuah gift. Pantaskah mereka disebut konten kreator?Â
Eksploitasi Kemiskinan
Sudah sejak lama eksploitasi kemiskinan untuk mendapat simpati orang lain terjadi. Istilah ini dikenal dengan sebutan property porn.Â
Tujuan property porn adalah menarik simpati orang lain, caranya yakni menjual kemiskinan atau kesedihan. Pada tahun 1980-an ketika lembaga amal tengah berjaya, strategi ini dipakai.Â
Bahkan strategi ini cukup sukses menggalang dana besar. UNICEF bahkan pernah melakukan ini. Misalnya dengan menempelkan gambar orang-orang yang kekurangan gizi.Â
Kondisi mereka begitu memprihatinkan, hal itulah yang dijual pada masyarakat yakni kesedihan untuk mendapatkan simpati orang lain.Â
Meski begitu, apa yang dilakukan UNICEF menuai pro dan kontra. Pihak yang kontra tidak setuju dengan cara itu yang mengeksploitasi kemisikinan orang lain.Â
Kondisi tersebut tidak layak menjadi senjata untuk mencari simpati orang lain. Sementara pihak yang pro menyatakan jika cara tersebut begitu efektif untuk menarik simpati orang lain.Â
Konten menjual kesedihan seperti itu kerap kita temui tergantung medianya. Pada akun-akun media sosial yang bergerak di bidang penggalangan dana, lazim kita lihat video-video yang menampilkan kesulitan orang lain.Â
Bahkan untuk mendramatisir, ditambah musik yang menyedihkan atau kata-kata manis agar orang lain membantu. Tapi, memang seperti itulah cara kerja property porn.Â
Dalam media tv, cara kerja yang sama juga pernah dilakukan. Beberapa acara tv justru menyiapkan acara khusus yang mengeksploitasi kemiskinan.Â
Tak hanya itu, konten kreator seperti Baim Wong beberapa tahun ke belakang juga memakai cara yang sama. Pada masa kini di era mengemis online, eksploitasi kemiskinan juga tetap dilakukan meski dengan kemasan "konten kreator."