Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Nestapa Nasib Driver Ojol Usai Harga BBM Bersubsidi Naik

4 September 2022   09:47 Diperbarui: 12 September 2022   15:30 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah melalui Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan kenaikkan harga BBM bersubsidi dan non-subsidi. Hal tersebut disampaikan Pak Jokowi pada hari Sabtu, 3 September 2022.

BBM jenis pertalite naik menjadi Rp. 10.000 per liter dari yang sebelumnya Rp. 7.650 per liter. Solar juga naik menjadi Rp. 6.800 per liter dari sebelumnya Rp. 5.150 per liter.

Selain itu, BBM jenis pertamax juga naik menjadi Rp. 14.500 per liter dari yang sebelumnya Rp. 12.500 per liter. Pertamax merupakan BBM non-subsidi tapi mengalami kenaikkan dari pemerintah.

Dalam konferensi pers yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo pada hari Sabtu, 3 September 2022 kemarin, setidaknya ada tiga alasan mengapa pemerintah mengambil kebijakan tidak populis tersebut.

Pertama harga minyak dunia melonjak tinggi. Terutama di tengah kondisi perang antara Rusia-Ukraina. Bahkan harga minyak dunia bisa menyentuh 100 dollar per barel.

Akibat dari perang tersebut tidak hanya berdampak pada sektor energi, tapi pada sektor lain seperti pangan. Misalnya gandum, Rusia merupakan negara ketiga penghasil gandum di dunia. 

Data menunjukkan, Rusia memproduksi 75,500 juta metrik gandum selama periode 2021/2022. Rusia mengekspor lebih dari sepertiga gandum dunia.

Kedua, APBN membengkak. Selama ini di tengah naiknya harga minyak dunia pemerintah melakukan subsidi agar harga bahan bakar dalam negeri tetap stabil.

Pemerintah sebelumnya mengucurkan dana sebesar Rp. 152,5 triliun yang kemudian membengkak tiga kali lipat menjadi Rp. 502,4 triliun. Jika subsidi tetap dilanjutkan, maka APBN akan terus membengkak.

Ketiga, Presiden Joko Widodo menyebut 70 persen BBM bersubsidi dikonsumsi oleh orang-orang mampu. Mereka yang memiliki mobil pribadi justru memilih BBM bersubsidi sehingga tidak tepat sasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun