The Daddies harus puas mendapat medali perak di BWF World Championship 2022 usai kalah dari Aaron Chia/Soh Wooi Yik dengan skor 19-21 dan 14-21.
Indonesia meloloskan satu wakil di final BWF World Championship 2022 di sektor ganda putera melalui M. Ahsan/Hendra Setiawan alias The Daddies.
The Daddies berhasil melaju ke final usai mengalahkan juniornya di semifinal yakni Fajar Alfian/M. Rian Ardianto secara rubber game dengan skor 23-21, 12-21, dan 21-16.
Ini adalah final kelima bagi Hendra Setiawan dan final keempat bagi M. Ahsan. Tentu keduanya memiliki ambisi untuk meraih juara dunia keempatnya alias quattrick.
Sementara lawan The Daddies adalah ganda putera Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Pasangan yang dijuluki Ehsan dan Fizi tersebut berhasil melaju ke final usai mengalahkan Rankyreddy/Shetty melalui rubber game.
Keduanya sudah bertemu sebanyak 10 kali. Tujuh kemenangan diraih oleh The Daddies dan 3 kemenangan untuk Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
Akan tetapi pada pertemuan terakhir di Malaysia Open 2022 The Daddies kalah di perempat final dengan skor 21-13, 20-22, dan 21-19.
Jalannya pertandingan
Pada game pertama, Aaron Chia tampil cukup grogi dan melakukan beberapa kesalahan dan The Daddies langsung unggul 3-0.
Aaron/Soh Wooi Yik berhasil membuat kedudukan imbang dengan skor 4-4 dan berlanjut 6-6. Akan tetapi, Ahsan/Hendra berhasil meraih tiga poin beruntun dan skor menjadi 9-6.
Interval game pertama ditutup dengan skor 11-7 untuk keunggulan Ahsan/Hendra.
Pertengahan game pertama, pasangan Malaysia mulai mengejar dan memangkas skor menjadi 12-10. The Daddies kembali menjauh dengan skor 16-11.
Perlahan namun pasti, Aaron Chia/Soh Wooi Yik mulai mengejar dan skor berubah menjadi 19-17. Akan tetapi, di poin-poin kritis tersebut terjadi rally panjang sebanyak 71 pukulan.
Sayangnya pengembalian Hendra Setiawan menyangkut di net dan skor imbang 19-19. Aaron Chia/Soh Wooi Yik akhirnya mengambil game pertama dengan skor 19-21.
Di game kedua, Ahsan/Hendra unggul 3-1. Perolehan poin pada game kedua ketat bahkan skor sempat imbang dengan skor 4-4, 5-5, 6-6, dan 7-7. Aaron Chia/Soh Woi Yik menutup interval game kedua dengan skor 9-11.
Di pertengahan game kedua, Aaaron Chia/Soh Wooi Yik bermain apik. Perolehan poin menjauh menjadi 10-13. The Daddies mulai melakukan kesalahan sendiri.
Game kedua pun berakhir lebih cepat untuk keunggulan Aaron Chia/Soh Wooi Yik dengan skor 14-21.
Harus diakui, di game pertama The Daddies memiliki kans untuk menang saat unggul jauh 19-15. Hanya saja strategi Aaron Chia/Soh Wooi Yik sangat baik.
Keduanya sengaja memancing Ahsan dan Hendra untuk mengeluarkan smash keras. Di sisi lain, pertahanan Soh Wooi Yik juga sangat solid.Â
Akan tetapi, meski menerima banyak serangan baik Aaron mau pun Soh langsung menyerang dengan satu atau dua kali smash dan berbuah poin.
Pola permainan tersebut terus dilakukan kedua pasangan ini. Mungkin inilah celah dari The Daddies apalagi bola-bola Hendra Setiawan sangat berbahaya di depan net.
Terlihat juga Hendra kerap melakukan drop shot dan berbuah poin. Namun strategi itu tidak berjalan dengan baik karena Aaron Chia dan Soh Wooi Yik kerap memancing The Daddies untuk melakukan smash.
M. Ahsan juga terlihat terpancing dengan pola permainan ini dan smash yang dilakukan Ahsan melebar. Namun meski begitu, apa pun hasilnya kita harus tetap apresiasi The Daddies.
Di usianya yang sudah memasuki legend, keduanya tetap bermain dan berhasil mencatatkan rekor sebagai pemain tertua yang meraih medali Kejuaraan Dunia.
Satu pencapaian yang sulit dilakukan oleh atlet mana pun. Lee Chong Wei yang dijuluki raja superseries sekali pun tidak pernah mencicipi medali Kejuaraan Dunia.
Dengan kekalahan ini, untuk kali pertama M. Ahsan/Hendra Setiawan kalah di Kejuaraan Dunia.Â
Malaysia ukir sejarah
Sejak Kejuaraan Dunia BWF digelar pertama kali tahun 1977, tercatat ada banyak negara yang sukses mendulang medali pada kejuaraan elit ini.
Sejauh ini, China masih menjadi negara yang paling banyak mengoleksi juara sebanyak 67 gelar. Negeri Tirai Bambu berhasil mendapatkan 14 juara tunggal putra, 15 juara tunggal putri, delapan juara ganda putra, 21 juara ganda putri, dan sembilan juara ganda campuran.
Indonesia berada di posisi kedua dan berhasil mengoleksi 23 gelar. Gelar tersebut meliputi enam juara tunggal putra, dua juara tunggal putri, sepuluh gelar juara ganda putra, dan lima juara ganda campuran.
Di kawasan ASEAN hanya Indonesia, Thailand dan Singapura yang mampu mengoleksi gelar juara. Thailand sejauh ini baru mengoleksi 2 gelar melalui tunggal puteri dan ganda campuran.Â
Sementara Singapura baru mencatatkan satu gelar juara dunia pada tahun 2021 lewat tunggal putera mereka Loh Kean Yew.
Dengan juaranya Aaron Chia/Soh Wooi Yik, maka Malaysia menjadi negara ASEAN keempat yang berhasil menyabet gelar Kejuaraan Dunia dengan perolehan satu gelar.
Selain itu, Aaron Chia/Soh Wooi Yik berhasil mengukir sejarah dengan menjadi pemain Malaysia pertama yang menyumbang gelar juara sekaligus ganda putera pertama yang mampu meraih gelar juara dunia tersebut.
Tokyo memang tempat hoki bagi Aaron Chia/Sho Woou Yik. Tentu kita masih ingat ketika Olimpiade Tokyo 2021, di mana The Minions dan The Daddies berhasil dipulangkan oleh Aaron dan Soh di Tokyo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H