Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Citayam Wave: Ketika Kawasan Sudirman Diinvansi Bocah Ingin Viral

4 Juli 2022   11:32 Diperbarui: 4 Juli 2022   20:43 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Sudirman kini dikuasai oleh anak-anak yang ingin viral di media sosial. | sumber: kompas.com

Kawasan Sudirman Jakarta dikenal sebagai kawasan elit. Gedung-gedung pencakar langit bertebaran di sana. Selain itu, banyak yang ingin bekerja di kawasan tersebut.

Beberapa waktu lalu, sempat viral outif mba-mba SCBD yang mahal. Tidak sedikit orang-orang ingin bekerja di kawasan SCBD karena gaya perlente pekerja di sana.

Apalagi gaya busana tersebut kerap dibagikan di media sosial plus dibalut lagu Miss Independent yang menambah kesan mewah. Akan teapi, akhir-akhir ini kawasan Sudirman mulai dikuasai bocah labil.

Bocah yang rata-rata berusia 11-16 tahun itu kerap menghiasi jalanan Sudirman. Gaya nyentrik mereka kerap muncuri perhatian seakan menjadi antitesis dari outif mba-mba SCBD.

Gaya nyeleneh nan nyentrik tersebut kerap dibagikan anak-anak yang didominasi dari Bojong, Citayam, dan Depok tersebut di medi sosial. Bahkan, istilah Citayam Fashion Week sempat menggema di twitrer karena tingkah bocah-bocah ini.

Tidak hanya memamerkan outif nyeleneh, nyatanya para remaja labil ini tidak segan memamerkan kemesaraan di hadapan publik.

Selayaknya hal lumrah, mereka begitu mesra bergandengan tangan. Dengan kata lain sangat intim. Lantas, apa yang membuat mereka betah nongkrong di kawasan elit itu?

Tidak sedikit netizen yang menyebut jika fenomena itu disebut "Citayam Wave". Kebanyakan bocah-bocah tersebut berasal dari Citayam, sehingga istilah Citayam Wave disematkan pada fenomena ini.

Berawal dari konten wawancara

Bagi Anda yang bermain media sosial apalagi tiktok, tentu tidak asing dengan sosok Tegar dan Nadia. Mulanya pasangan bocah ini diwawancara oleh seorang konten kreator bernama Bara Ze.

Jawaban nyelenah dan polos mereka berdua terkait hubungan cintanya membuatnya menjadi viral. Pun begitu sikap malu-malu Nadia saat diwawancarai.

Video itu kadung viral, tidak sedikit selebriti ikut memparodikan video wawancara tersebut. Polosnya jawaban keduanya mengundang gelak tawa tersendiri.

Namun kepolosan itulah yang membuat mereka viral dan terkenal di media sosial. Bahkan sound wawancara mereka bisa dengan mudah ditemukan di media sosial untuk diparodikan.

Tidak lama setelah itu, muncul pasangan lain yang viral. Namanya Bonge, salah satu bocah yang menguasai kawasan Sudirman. Pasangan Bonge bernama Kurma.

Wawancara keduanya viral seperti Tegar dan Nadia. Cerita bagaimana mereka memadu kasih menjadi hiburan tersendiri bagi netizen.

Video wawancara Tegar dan Nadia. | sumber: kompas.com
Video wawancara Tegar dan Nadia. | sumber: kompas.com

Sebelum terkenal karena konten, Bonge hanyalah bocah biasa asal Bojong yang memiliki hobi memelihara ikan cupang. 

Kini, Bonge bukan lagi bocah ingusan yang hobi memelihata ikan cupang. Ia kadung viral. Terbaru, hubungan asmaranya dengan Kurma sudah putus.

Akan tetapi, popoluaritas Bonge di tiktok tidak membuatnya menjomlo lama. Gonta-ganti pasangan adalah hal lumrah bagi anak-anak penguasa kawasan Sudirman itu.

Salah satu bocah yang memiki karisma tinggi ialah Roy. Roy dinilai memiliki karisma menjulang karena bibirnya yang manis dalam merayu lawan jenisnya.

Rayuan gombal Roy ditambah popularitas yang melejit di tiktok membuatnya tak sulit mencari pasangan. Rata-rata usia pacarannya hanya seumur jagung dan terus gonta-ganti.

Ada juga yang hanya dijadikan untuk mengisi kegabutan saja, itulah kehebatan Roy dengan popularitasnya. Akan tetapi, salah satu yang disorot adalah ketika Roy berpasangan dengan Jeje.

Jeje adalah salah satu wanita tercantik menurut netizen di antara bocah penguasa Sudirman. Tidak sedikit yang menyebut Jeje sangat mirip dengan Fuji.

Popularitas Roy yang tinggi menjadi batu loncatan bagi Jeje untuk meraih hal yang sama. Bahkan, ia sudah bertemu dengan Fuji dan membuat konten dengannya.

Fuji dan Jeje. | Sumber: Sreenshoot vka YouTube Fuji
Fuji dan Jeje. | Sumber: Sreenshoot vka YouTube Fuji

Menurut Roy, dirinya yang gonta-ganti pasangan adalah karena ia terkenal. Kaum hawa yang ingin menjadi pasangan Roy hanya ingin meraup popularitas yang sama.

Populernya pasangan Tegar dan Nadia, Bonge dan Kurma, serta Roy dan Jeje dinilai membuat anak-anak ini kerap menghiasai kawasan Sudirman.

Mereka berharap diwawancara seperti tiga pasangan di atas agar terkenal. Jika tidak begitu, banyak dari mereka yang membuat hubungan palsu hanya untuk mendongkrak kepopuleran semata.

Jika melihat fakta di atas tentu miris. Fenomena ini mengingatkan saya dengan kejadian di dekat rumah saya. Dulu, di sekitaran rumah dihuni oleh bocah-bocah yang tidak jelas berasal dari mana.

Sama seperti kejadian di atas, bocah-bocah tersebut kerap memamerkan kemesraan di depan publik. Bahkan obrolan yang keluar dari mulut mereka tidak pantas karena membahas hal-hal yang bersifat pornografi.

Keberadaan bocah-bocah tersebut bisa mengundang aksi pelecehan seksual di antara mereka sendiri atau pihak yang tidak bermoral. Oleh sebab itu, keberadaan mereka tidak boleh dianggap sebagai fenomena biasa.

Belum lagi peran media sosial yang membuat kejadian di atas sebagai fenomena tersendiri. Kejadian tersebut hanya menciptakan dua kemungkinan.

Pertama mengundang konten kreator lain agar kontennya viral dan fyp di tiktok. Kedua, banyak anak-anak yang ingin diwawancarai karena ingin viral via jalur tiktok meski harus menciptakan hubungan palsu.

Beberapa selebriti yang dulunya hanya joget di tiktok kini meraup kepopuleran dan mendapat tempat tersendiri. Itulah sebabanya banyak yang mencari cara agar bisa terkenal melalui platform satu ini.

Salah satunya konten wawancara di atas seperti Jeje. Apalagi pengguna tiktok di Indonesia banyak sekitar 92 juta orang. Belum lagi di tiktok terdapat challenge yang membuat satu konten terus melejit.

Popularitas, itulah yang ingin dicari oleh anak-anak di atas. Tidak salah memang jika ingin terkenal. Hanya saja yang disayangkan adalah cara untuk menjadi terkenal itu sendiri.

Seperti yang sudah dibahas, bocah-bocah di atas membuat hubungan palsu agar bisa diekspos dan viral. Di luar itu, fenomena di atas pada akhirnya hanya ingin mencari keuntungan semata.

Konten kreator ingin kontennya viral dan mendapat keuntungan ekonomi. Di sisi lain, para bocah itu ingin viral dan berharap bisa menjadi terkenal seperti orang-orang di atas.

Baik konten kreator mau pun bocah-bocah tersebut sama-sama ingin viral. Konten kreator ingin kontennya ditonton banyak orang. Sedangkan di bocah ingin dirinya terkenal dan wara-wiri di dunia hiburan.

Namun, kembali lagi popularitas sesaat tidak akan berjalan lama. Tentu kita masih ingat dengan kejadian Zinidin Zidan. Ia awalnya hanya seorang pengamen dan viral.

Tapi, karena tingkahnya popularitas itu justru hilang. Viral dengan cepat bisa juga hilang dengan sekejap. Itulah konsekuensi yang harus diterima.

Hanya saja yang saya sayangkan adalah bocah-bocah ini melakukan sesuatu hal yang tidak perlu. Mereka membuat hubungan palsu demi kepopuleran semata 

Bagi saya ini sangat disayangkan apalagi rata-rata usia mereka masih labil. Jika gaya hidup mereka seperti itu, saya tidak tahu ke depannya akan seperti apa.

Untuk itulah orangtua harus mengawasi pergaulan anak dengan ketat. Bukan tidak mungkin, fenomena di atas bisa menjurus ke arah negatif seperti pelecehan seksual pada anak di ruang publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun