Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tuah Magis Pawang Hujan di MotoGP Mandalika

21 Maret 2022   14:41 Diperbarui: 21 Maret 2022   20:34 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi pawang hujan dalam gelaran MotoGP Mandalika menuai perhatian publik. | Source: twitter.com/motogp

Indonesia kembali menjadi tuan rumah MotoGP setelah 25 tahun absen dari ajang balap bergengsi tersebut. Sirkuit Mandalika dipilih menjadi penyelenggara ajang balap kuda besi tersebut.

Tentu saja ini menjadi kehormatan bagi bangsa Indonesia karena bisa menjadi tuan rumah dalam ajang internasional sekelas MotoGP. 

Di sisi lain, pemilihan Mandalika menjadi salah satu cara untuk mempromosikan tempat wisata tersebut ke mata dunia.

Dalam pagelaran tersebut, banyak kejadian unik yang menjadi perbincangan warganet Indonesia bahkan dunia. Salah satunya adalah pawang hujan. Kini, pawang hujan sudah go-international.

Menjelang gelaran balap MotoGP tersebut, hujan kembali mengguyur Sirkuit Mandalika. Seorang pawang hujan bernama Rara Istiati Wulandari langsung beraksi mengatasi hujan tersebut.

Di dalam video yang beredar, Rara memakai helm putih dan mengenakan jaket berwarna hitam dan merah. Ia berjalan telanjang kaki di tengah guyuran hujan tersebut.

Tak lupa, Rara membawa mangkuk berwarna emas dan mengaduk-ngaduk isi mangkuk tesebut. 

Aksi tersebut sontak menjadi perhatian, bahkan sampai diunggah di twitter oleh akun resmi MotoGP.

Tidak lupa, MotoGP juga mengucapkan rasa terima kasih pada sang "master" karena hujan telah reda.

Ucapan terima kasih dari pihak MotoGP. | Source: twitter.com/motogp
Ucapan terima kasih dari pihak MotoGP. | Source: twitter.com/motogp

Meskipun ada emote di dalam caption itu, nyatanya dalam tweet akun MotoGP menyebut jika usaha Rara berhasil.

Menyoal Pawang Hujan

Disadari atau tidak, meski zaman sudah modern seperti saat ini, keberadaan pawang hujan seakan tidak tergeserkan meski telah hadir teknologi yang lebih modern yang disebut modifikasi cuaca.

Tentu saja modifiasi cuaca jauh lebih ilmiah daripada aksi pawang hujan yang terkesan mistis. Tapi, itulah Indonesia, sisi unik ini menjadi ciri khas tersendiri yang tidak bisa dipisahkan.

Pawang hujan kerap dipakai dalam event-event tertentu, mulai dari resepsi pernikahan sampai event besar seperti MotoGP.

Di daerah saya, sebagian masyarakat percaya dengan kemampuan seseorang yang bisa “mengatur” cuaca tesebut.

Tentu saja memakai jasa pawang hujan jauh lebih praktis  daripada membuat rekayasa cuaca yang dinilai ribet tersebut. Dengan pertimbangan itulah pawang hujan masih eksis hingga saat ini.

Sejatinya, jika kita nyinyir dengan aksi pawang hujan, sebaiknya berpikir dua kali. Tidak sedikit juga dari kita banyak yang meminta hujan turun ketika kemarau datang, tentu dengan pendekatan spiritual bukan dengan metode sains.

Bagi saya, aksi tersebut adalah keunikan tersendiri dan sebagian masyarakat Indonesia masih percaya akan hal itu. Jadi, tidak perlu sampai diributkan terlalu jauh. Apalagi disebut membuat malu Indonesia.

Berbicara soal pawang hujan, tentu memiliki sejarah yang panjang dalam peradaban manusia. Dahulu kala, pawang hujan disebut sebagai shaman, tugas mereka tidak hanya memanggil atau menghentikan hujan, tapi meliputi pengobatan.

Pada intinya, shaman adalah orang yang bisa berkomunikasi dengan dewa-dewa. Media yang digunakan shaman untuk berkomunikasi dengan dewa-dewa tesebut ialah tanaman.

Di Indonesia sendiri, keberadaan pawang hujan masih dipercayai sebagian masyarakat. Di daerah saya, ada yang disebut dengan nyarang. Nyarang di sini adalah upaya agar hujan tidak turun dalam event tertentu.

Saya tidak tahu bagaimana mekanisme kerjanya, akan tetapi banyak masyarakat yang percaya akan hal itu. Di sisi lain, masyarakat percaya  bahwa hujan adalah murni kehendak Tuhan YME.

Akan tetapi, perlu adanya usaha atau biasa disebut dengan nyareat, nyareat tersebut ialah dengan melakukan nyarang tadi. Akan tetapi, hakikatnya urusan cuaca tetap diserahkan pada kehendak-Nya.

Di sisi lain, nyarang di sini bukan bermaksud menghentikan hujan itu sendiri akan tetapi memindahkan ke tempat lain.

Meski ada yang menyebut profesi pawang hujan itu musyrik, nyatanya seorang Kiyai mampu melakukan hal itu dan kemampuan itu disebut dengan karomah.

Pada tahun 1984, Nahdlatul Ulama (NU) mengadakan muktamar yang bertempat di pesantren Salafiyyah Sya’fi’iyyah, asuhan Kiai As’ad Syamsul Arifin.

Kegiatan itu rencananya akan dihadiri oleh almarhum Presiden Soeharto. Rencananya, presiden akan tiba dengan menggunakan helikopter dan akan mendarat di lapangan Sodung. Jaraknya sekitar 2 km dari pesantren.

Kondisi lapangan sendiri berdebu, untuk itu dibentuklah panitia khusus yang ditugaskan untuk menyiram lapangan tersebut dengan hujan buatan dengan cara menggunakan tangki truk berisi air. 

Saat panitia khusus sedang membasahi lapangan, tiba-tiba Kiai As’ad datang. Beliau mengatakan bahwa anggaran yang digunakan untuk menyirami lapangan itu hendaknya digunakan untuk membenahi jalan di sebelah utara pesantren saja.

Komandan penyiram tersebut tentu merasa bingung, dan ia menyebut hanya menjalankan tugas saja.

Sejurus kemudian, apa yang dikatakan Kiai As’ad menjadi kenyataan. Ketika beliau meninggalkan lapangan, perlahan hujan turun. Bahkan, air hujan itu semakin lama semakin deras.

Para petugas yang menyiram lapangan itu akhirnya mencari rumah penduduk sekitar untuk berteduh. Namun, yang terjadi berikutnya di luar dugaan mereka.

Ternyata di sekitar lapangan tidak hujan. Yang hujan hanya di lapangan saja. Sungguh aneh. Dan satu hal lagi, apa yang dikatakan Kiai As’ad terbukti: presiden tidak jadi mendarat di lapangan itu dan memiilih tempat lain.

Itulah salah satu kisah yang mungkin sudah pernah kita dengar sebelumnya. Entah dengan cara apa beliau-beliau berkomunikasi dengan alam, yang jelas perihal pengendali cuaca bukan hal baru.

Pawang Hujan di Negara Lain

Mungkin, sebagian dari kita percaya jika pawang hujan hanya ada di Indonesia. Nyatanya tidak, di negara lain hal serupa juga dikenal.

Di Afrika Selatan, sekelompok peneliti pernah menemukan sebuah situs pengendalian hujan yang tinggi. Situs itu pada zaman dulu digunakan untuk meminta atau menghentikan hujan.

Para dukun di sana kemudian naik ke puncak dan melakukan ritual di sana. Tak lupa, dalam ritual itu para dukun tersebut membakar sisa-sisa hewan sebagai bagian dari ritual mereka.

Orang-orang yang melakukan ini adalah pribumi yang tinggal di San, sebuah daerah di Selatan Afrika yang kesehariannya berburu dan pengumpul.

Lain lagi di Jepang, meski Jepang begitu maju dari sisi teknologi, akan tetapi kebudayaannya masih mereka rawat dengan baik. Begitu juga dengan pawang hujan.

Di Jepang, ada yang disebut dengan boneka bozu teru teru. Jika diterjemahkan teru berarti cerah dan bozu berarti biksu. Boneka ini dibuat dari tisu atau kain putih.

Boneka penangkal hujan. | Source: republika.co.id
Boneka penangkal hujan. | Source: republika.co.id

Masyarakat Jepang percaya jika boneka tersebut mampu menangkal hujan. Biasanya boneka tersebut digantung di depan rumah dan diringi nyanyian oleh anak-anak saat boneka ini dibuat.

Uniknya, salah satu anime mengangkat tema terkait kisah gadis cerah tersebut. Anime tersebut ialah Tenki no Ko. Tenki no Ko berkisah tentang seorang gadis yang bisa mengendalikan cuaca, oleh sebab itu ia disebut sebagai gadis cerah.

Bahkan, dalam anime tersebut sang gadis memasarkan jasanya secara online. Event-event besar menyewa jasanya agar hujan tidak turun.

Meski terdengar aneh, keberadaan pawang hujan memang menjadi ciri khas tersendiri. Bagi saya, mereka adalah komunikator yang unik, mereka bisa berkomunikasi dengan alam etah apapun caranya.

Jadi, perihal pawang hujan di Mandalika adalah bagian kekayaan budaya saja dan kita tidak perlu malu akan hal itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun