Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasib Guru Honorer, Bak Buruh Kontrak yang Tak Menentu

25 November 2021   13:15 Diperbarui: 1 Desember 2021   22:22 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal di balik suksesnya seseorang dalam mengharumkan nama bangsa, ada peran guru di belakang mereka. Sosok pendorong inilah yang seharusnya diberi penghargaan. 

Upaya di atas jelas masih terbatas, apalagi jika kuota untuk menjadi PNS atau PPPK sendiri terbatas. Sementara itu, jumlah guru honorer sendiri banyak dan jelas Kemendikbud tidak akan bisa menampung itu semua. 

Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan jumlah guru non-PNS di Indonesia sebanyak 937.228 orang. Dari Jumlah tersebut, 728.461 di antaranya berstatus guru honorer sekolah. Lalu, 190.105 orang guru tidak tetap kabupaten/kota, 14.833 guru tidak tetap provinsi, dan 3.829 guru bantu pusat. (katadata.co.id)

Upaya lain yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menetapkan upah minimum bagi guru honorer. Upaya itu bisa dituangkan dalam produk hukum berupa Perpres. 

Ukuran upah minum sendiri disesuaikan dengan kelayakan hidup di setiap daerah. Hal itu karena karena kebutuhan hidup setiap daerah berbeda. Sama halnya seperti penetapan UMP bagi para buruh. 

Oleh karenanya, dalam hal ini harus melibatkan pemerintah daerah yang tahu betul kondisi ekonomi yang ada di daerahnya. Pemerintah daerah harus turut serta dalam kesejahteraan guru honorer. 

Sayangnya, kewajiban itu seakan menjadi bola panas dan saling lempar tanggung jawab antara pemerintah pusat dan daerah. Akibatnya, para guru honorer ini tidak mendapatkan kepastian apapun. 

Sudah saatnya guru menjadi profesi yang diminati anak muda. Jika dulu setiap anak mempunyai cita-cita menjadi guru, maka saat ini ada pergeseran karena nasib guru yang tidak menentu. 

Bahkan saat ini, profesi guru seakan tidak diminati. Anak muda lebih minat menjadi pro player atau konten kreator yang lebih menjanjikan dari sisi penghidupan. 

Tentu agar profesi ini diminati oleh kaum muda, tingkat kesejahteraan guru harus diperhatikan. Agar ke kedepannya, guru tidak menjadi pekerjaan sampingan tapi menjadi pekerjaan yang didambakan oleh setiap generasi muda. 

Hal itu karena tugas guru sendiri sangat mulia. Di tangan para guru inilah SDM unggul akan tercipta, jika generasi muda kita sudah tidak berminat jadi guru, akan jadi apa bangsa ini ke depannya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun