Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal "Catfishing", Pemalsuan Identitas Berkedok Cinta

24 Oktober 2021   12:33 Diperbarui: 12 Juni 2022   22:57 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "catfishing", pemalsuan identitas berkedok cinta. Sumber: pxfuel.com

Alkisah di negara Prindavan, Dara baru saja putus cinta dengan sang pacar. Padahal, mereka berjanji akan menikah dalam waktu dekat. Tapi, rencana itu batal karena suatu hal. 

Salah satu temannya menyarankan agar Dara mengisnstall aplikasi kencan online. Singkat cerita, ada salah satu pria yang berhasil mencuri perhatian Dara.

Di dalam profil aplikasi kencan online itu, si pria mengaku bernama Alfaro, ia berprofesi sebagai anggota TNI. Di dalam aplikasi kencan itu, foto profil Alfaro memakai seragam TNI, gagah sekali.  

Selain itu, Alfaro bersikap romantis pada Dara. Tentu saja Dara kepincut dan ingin bertemu dengannya. Akan tetapi, Alfaro menolak dengan alasan sibuk karena tugas. 

Dara menunggu dan bersabar, Alfaro janji jika waktu pesiar datang pasti akan menemui Dara. Nyatanya waktu tersebut tidak kunjung datang, Alfaro terus menolak dengan berbagai alasan. 

Teman-teman Dara mulai curiga dengan sikap Alfaro, pasalnya ia kerap menolak saat diajak bertemu. Bahkan, Alfaro menolak memberi foto dengan alasan ada aturan yang dilanggar.  

Suatu hari Dara pergi ke kafe. Tidak lama setelah itu datang pria yang mirip dengan Alfaro. Dara pun berinisiatif menyapa pria itu. Namun betapa terkejutnya Dara, si pria itu tak kenal dengan Dara. 

Padahal kedekatan mereka berdua begitu romantis di aplikasi kencan. Ternyata, pria yang ditemui Dara bukan Alfaro, ia bernama Beckham. Alfaro mencuri foto Bekcham dan dipakai untuk menipu orang seperti Dara. 

Kisah di atas adalah fiktif, ini hanya karangan saya semata. Dalam kasus di atas, apa yang dilakukan oleh Alfaro yang memakai identitas orang lain disebut dengan catfishing. 

Catfishing bisa diartikan seseorang yang menggunakan informasi palsu untuk membuat identitas palsu di media sosial atau platform online lainnya. 

Identitas palsu tersebut bisa penggunaan foto orang lain, penggunaan foto tersebut diambil dan digunakan tanpa diketahui oleh orang yang berangkutan. Selain foto, beberapa data lain seperti nama, profesi juga bisa dipakai. 

Alasan orang melakukan catfishing beragam, mulai dari kurang percaya diri, ada juga untuk iseng. Lebih dari itu bisa dipakai untuk penipuan dan menguras harta orang lain, tindak kejahatan, dan untuk menipu dalam dunia asmara. 

Di sisi lain, para catfish melakukan aksi tersebut karena alasan pribadi. Misalnya balas dendam pada orang yang tidak disukai dengan memakai identitasnya, para catfish kemudian merusak reputasi korban dengan menyebarkan aib di media sosial. 

Dalam dunia asmara, para pelaku catfish akan melalukan pendekatan romantis. Teknik yang Ttdak jauh berbeda seperti seseorang yang mencari tambatan hati.

Setelah korban tertarik, pelaku kemudian melancarkan tipu muslihatnya untuk memeras materi korban. Biasanya pelaku berpura-pura HP nya hilang, kemudian hilang tanpa kabar dengan alasan itu.

Tidak lama setelah itu, mereka akan meminta transfer dan seterusnya. Modus inilah yang dipakai para pelaku carfish. Jika korban sudah tertarik, maka ia akan mengikuti perintah pelaku catfish. 

Kerugian materi korban catfish berkedok cinta tidak sedikit. Bahkan, menurut data Samwatch pada 2021, terdapat 2527 laporan dengan kerugian materi sebesar 37.384.470 dolar Australia. 

Ilustrasi catfishing. Sumber: soco.id
Ilustrasi catfishing. Sumber: soco.id

Dalam data tersebut pelapor pria sebesar 49,1 persen, perempuan 48,7 persen. Itu artinya, pelaku catfish tidak hanya pria, tapi juga wanita. Baik pria maupun wanita bisa menjadi korban catfish. 

Di Indonesia catfishing bisa kita temui dalam beberapa kasus. Misalnya seorang TNI/Polri gadungan yang menipu banyak wanita. Agar meyakinkan, mereka bahkan memakai seragam instansi yang bersangkutan.  

Modusnya hampir sama, mereka memakai identitas palsu dan berpura-pura sebagai anggota abdi negara yang bertugas di wilayah konflik. Media sosial adalah sarana ampuh untuk melakukan catfish. 

Tidak sedikit dalam beberapa kasus, para oknum tersebut melakukan perbuatan keji berupa pemerasan hingga perkosaan pada korban. Lalu, apa yang membuat korban percaya begitu saja pada perilaku ini? 

Dalam dunia psikologi ada yang disebut dengan halo effect. Halo effect adalah bias penilaian pada seseorang karena penilaian itu datang pada kesan pertama. 

Baca juga: Halo Effect, Bias Penilaian saat Bertemu Seseorang

Citra positif yang ditampilkan di media sosial membuat korban percaya dan mempunyai kesan bahwa si pelaku seperti itu. Kesan positif itu akhirnya muncul, meskipun pelaku sering menyakiti, tidak sedikit para korban terus bertahan. 

Tentu saja hal ini karena halo effect. Halo effect tidak sepenuhnya benar, apalagi jika menilai seseorang pada kesan pertama. Itu sebabnya penilaian ini menjadi bias. 

Citra positif yang dibangun oleh pelaku tidak lebih hanya untuk membuat kesan yang baik agar korban lebih percaya. Itu sebabnya kita harus menyadari bahwa media sosial adalah dunia yang semu. 

Lalu, adakah cara agar kita tidak menjadi korban catfishing? Tentu saja kita tidak ingin menjadi korban dan dibodohi oleh perilaku tersebut. Ada beberapa cara agar kita terhindar dari catfishing. 

Waspada

Waspada adalah kunci agar kita tidak menjadi korban catfishing. Sulit memang untuk mendeteksi apakah seseorang serius menjalin hubungan dengan kita atau hanya ingin menipu. 

Apalagi jika komunikasi tersebut hanya di media sosial. Jika pelaku catfish, biasanya mereka menolak diajak bertemu dengan banyak alasan. Bahkan hanya untuk video call mereka pun menolak. 

Jika demikian, maka kita patut curiga agar tidak terjebak terlalu jauh. Di sinilah kita harus berani memutuskan komunikasi agar tidak menjadi korban catfishing. 

Bertanya 

Kita juga jangan larut dalam rayuan maut pelaku. Sebisa mungkin kita harus tahu latar belakang pelaku mulai dari nama, pekerjaan, dan informasi pribadi lainnya. 

Dalam menjawab hal ini, para pelaku catfishing biasanya ragu dan menjawab tidak dengan sungguh-sungguh. Mereka akan memberi jawaban yang memutar, bahkan kejelasan cerita itu sendiri kadang ngawur. 

Jangan berbagi identitas pribadi 

Jika si pelaku bertanya detail tentang identitas kita, seperti tabungan, no ktp, bahkam rekening, sebaiknya tolak. Itu adalah ciri paling umum penipuan.

Jika kita memberi informasi pribadi begitu detail, bukan tidak mungkin akan menjadi senjata bagi pelaku. Misalnya mengancam akan membocorkan data pribadi kita. 

Selain itu, kita juga harus tegas jika diminta foto telanjang pelaku. Itu bisa menjadi senjata andalan, tidak segan pelaku akan menyebarkan foto kita jika keinginannya tidak dipenuhi.

Jangan tergoda untuk transfer uang

Jika pelaku meminta transfer uang, kita patut curiga bahwa ia hanya menguras materi saja. Masa baru juga kenal dan belum pernah bertemu sudah berani minta uang. 

Jika sudah begitu, kita patut waspada. Bisa saja mereka adalah pelaku carfishing. Untuk itu, kita jangan tergesa-gesa jika diminta uang seperti itu. 

Itulah beberapa cara agar kita terhindar dari catfish. Perkembangan teknologi memang memberi kemudahan bagi kita bahkan untuk mencari pasangan hidup. 

Tapi, teknologi yang maju seperti pisau bermata dua. Di tangan orang yang tidak beretika, teknologi digunakan untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji. Untuk itu, kita harus bijak dan tetap waspada. Salam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun