Begitu juga di media sosial, para konten kreator sejatinya menjual dan memasarkan "karya" mereka di agora dunia maya ini. Cara yang dipakai agar orang mau "membeli" karya tersebut beragam salah satunya tema kemiskinan.Â
Seperti yang diulas di atas, secara tidak langsung kondisi penonton pun bisa dieskploitasi melalui naluri alaminya yaitu rasa simpati. Jika simpati itu sudah muncul, maka dengan senang hati kita akan "membeli" konten tersebut.Â
Pada akhirnya terciptalah pasar untuk konten semacam ini. Bahkan pasar ini besar, terbukti setiap konten yang diupload misalnya oleh Baim Wong selalu menarik jutaan penonton.
Baim Wong berhasil menjual kontennya di pasar agora dengan strategi proverty porn. Akhirnya konten tersebut laku dan banyak ditonton. Lalu, apa tujuan dari membuat konten semacam itu?Â
Apakah benar-benar murni amal atau ingin mendatangkan laba dari itu? Tentu saja ini soal ranah pribadi konten kreator. Tidak ada yang tahu niat atau tujuan sebenarnya si konten kreator melakukan hal itu.Â
Tapi, kita juga menjadi sulit menafikan bahwa kegiatan itu hanya untuk menarik laba saja. Tentu saja karena konten tersebut dijual di agora dunia maya ini.
Jika murni karena ingin berderma, saya kira semua juga tahu istilah tangan kanan memberi tangan kiri tidak boleh melihat.Â
Tapi, soal urusan ikhlas atau tidaknya biarlah kembali pada niat masing-masing si pembuat konten. Toh nyatanya setiap konten kemiskinan yang dibuat Baim Wong selalu ditonton oleh jutaan pasang mata.
Mereka yang tergerak rasa simpatinya dengan senang hati membeli konten itu. Tentu saja di balik banyaknya penonton dan subscriber akan menghasilkan laba yang besar. Baim Bahkan menjadi salah satu youtuber yang berpenghasilan tinggi di Indonesia.Â
Cobalah Anda cari sendiri pendapatan Baim Wong dari penjualan karyanya di agora maya, pasti bikin geleng-geleng kepala. Jadi, alasan mengapa konten bertema kemiskinan itu digemari tidak lain karena memainkan rasa simpati dari penonton.Â
Pada akhirnya konten seperti itu akan menciptakan pasarnya sendiri. Orang-orang miksin adalah modal awal dari konten semacam itu, mereka tidak lebih seperti alat untuk menghasilkan laba saja.Â