Carilah teman yang enak diajak curhat tentang masalah pribadimu. Bukan orang yang toxic positivity, tetapi teman yang benar-benar memahami masalah yang dihadapi.Â
Jika sulit, cobalah lepaskan emosi tersebut ke dalam buku diary atau menulis di blog. Melepaskan emosi negatif dengan cara seperti itu lebih efektif daripada memendamnya.Â
Tidak terbayang bukan jika emosi tersebut terus dipendam dan ditumpuk. Bisa saja seperti bom waktu yang setiap saat bisa meledak.Â
Nah ada satu lagi yaitu mengistirahatkan kehidupan sosial kita. Manusia memang tidak bisa lepas dari manusia lain, kita sangat bergantung dengan lingkungan.Â
Tetapi, bagaimana jika lingkungan sekitar kita membuat tidak nyaman. Misalnya dipenuhi oleh orang-orang toxic? Tentunya sangat melelahkan bukan.
Menepi sejenak dari hiruk pikuknya kehidupan tidak ada salahnya. Apalagi lingkungan tersebut hanya memberikan efek negatif bagi kita. Menepi sejenak, begitu kiranya.Â
Jika sulit, carilah lingkungan baru yang bisa mendukung kehidupan kita menjadi lebih baik. Ya carilah komunitas tertentu yang bisa meningkatkan potensi diri kita.Â
Bisa saja bergabung dengan klub olahraga, klub literasi, teater  yang memang kita tertarik dengan itu. Lingkungan positif tersebut menjadi cara menepi terbaik dari lingkungan yang toxic.Â
Nah jadi itulah beberapa faktor yang mungkin kita lewatkan. Meskipun tidur kita cukup, tetapi faktor di atas belum istirahat. Jadilah kita tetap merasa capek.Â
Jadi, meskipun waktu istirahat kita cukup, bisa saja aspek lain belum kita istirahatkan. Jadi, istirahat tidak hanya soal fisik saja. Mental, emosi, bahkan sosial selalipun butuh waktu untuk istirahat.Â