Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Friedrich Nietzsche, Sang Pembunuh Tuhan yang Gagal Move On

5 April 2021   10:11 Diperbarui: 5 April 2021   11:28 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Friedrich Nietzsche. Via idtimes.com

Ketika itu, Nietzsche menderita penyakit misterius yang menimpa dirinya. Ditambah lagi kegagalan kisah cintanya yang terbilang cukup tragis. 

Dikisahkan ia pernah atuh cinta pada seorang gadis muda cerdas bernama Lou Salome. Saya lupa, entah dua atau tiga kali Nietzsche melamar wanita itu, tetapi selalu ditolaknya. 

Cintanya bertepuk sebelah tangan, Nietzsche galau. Di tengah kegalauan itu, ya seorang filsuf biasanya kan penyendiri, ditambah cinta bertepuk sebelah tangan, bisa dibayangkan semakin penyendirinya Nietzsche. 

Orang menanggapi patah hati dengan berbagai cara, ada yang bangki dan cari lagi yang baru, ada juga yang buat novel, film, atau lagu yang mengisahkan pahitnya cinta. Nietzsche juga sama, dia menghasilkan karya yang kita nikmati saat ini. 

Karena kegagalan cinta yang pahit itu, sang pembunuh Tuhan menyendiri dan memilih untuk membujang sampai akhir hayatnya di usia 55 tahun. 

Ah mungkin Nietzsche bisa dengan gagah berani membunuh Tuhan, tetapi tidak untuk membunuh perasaan kepada pujaan hatinya. Dahsyat sekali cinta itu ya. 

Mungkin dari situlah lahir amor fati (cinta akan takdir), atau si manusia unggulnya. Saya tidak tahu apakah cara Nietzsche yang memilih membujang sampai akhir hayat itu merupakan cinta kepada takdir atau bukan. 

Meskipun dalam amor fati nya itu Nietzsche menekankan untuk mewarnai hidup lebih berwarna dan bermakna, mungkin ya ini mungkin tanpa cinta hidup ini tidak bermakna. Yah begitulah kisah Nietzsche, bagi saya beliau gagal move on. 

Mungkin kata-kata Tju Pat Kai dari serial Kera Sakti cocok untuk menggambarkan ini, "begitulah cinta deritanya tiada akhir."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun