Menyinggung suku yang satu ini tentu bukanlah hal yang asing, terutama masyarakat Indonesia secara umum dan masyarakat Sumatera secara Khusus.
Ya suku Mentawai merupakan salah satu entitas yang di miliki oleh bangsa Indonesia.
Masyarakat suku ini hidup di kepulauan pesisir Sumatera. Sesuai nama kepulauan yang disebut dengan mentawai, masyarakat di sana juga disebut dengan suku mentawai
Namun tentu masih banyak yang belum tahu dengan suku yang satu ini. Pada tulisan singkat ini akan mengulas sejarah dari suku tersebut.
Sebenarnya belum ada data yang jelas terkait asal-usul dari suku ini. Namun demikian masih bisa ditelusuri dari tulisan-tulisan yang ada
Prof. DG. Stibbe dan S. de Graff dalam tulisannya menyatakan bahwa suku Mentawai termasuk dalam lingkungan bangsa Polynesia. Ia mengemukakan ciri-ciri dan tipe orang mentawai yang dapat dipersamakan dengan bangsa Hawai, Marquesses di Lautan pasifik (Herman Sihombing: 1979).
Pada sumber lain ditemukan bahwa bangsa Mentawai adalah imigran dari daratan Sumatera. Pada awalnya mereka ke kepulauan Nias kemudian lanjut ke siberut (Loeb:1973).
Namun terlepas dari data beberapa tulisan di atas, bagi kalangan orang Mentawai sendiri terdapat legenda mengenai asal-usul suku Mentawai ini.
Dilihat dari perspektifnya, dahulu terdapat seorang laki-laki Nias bernama Ama Tawe. Ia bermaksud mencari ikan ke arah selatan pulau Nias.
Namun kamalangan menghampirinya yang menyebabkan perahunya hancur. Ama tawepun terdampar di suatu pantai yang sekarang disebut pulau Siberut. Di pulau itu ia berjalan menelusuri sungai dan mendapati pohon sabu dan keladi yang subur sebagai pertanda bahwa pulau ini di huni oleh manusia.
Ia pun berkeliling menelusuri sudut pulau, namun pencariannya sia sia sebab tidak ada satupun manusia di pulau itu. Kelelahan dalam pencariannya Ama Tawe pun akhirnya mendirikan pondok sebagai tempat berlindung.
Beberapa hari di sana ia terpikir sejenak dan merasakan bahwa tempat yang baru ini lebih baik dari pulau yang ditempati sebelumnya.
Oleh karena itu ia berinisiatif untuk menjemput anak dan istrinya dengan membuat sebuah perahu
Anaknya inilah yang bernama Tawe, sedangkan panggilan untuk bapak adalah Ama, jadi Ama Tawe adalah bapak si Tawe.
Perahu akhirnya selesai, ia pun berangkat menjemput anak dan istrinya ke pulau Nias.
Sewaktu kembali ternyata tidak hanya anak dan istrinya, tetapi juga orang lain yang sekiranya muat pada perahu tersebut.
Sesampai di pulau yang baru, orang yang di bawa Ama Tawe ini tentu menganggap tanah ini milik Ama Tawe, maka mereka menamakannya dengan Ama Tawe.
Jika di ucapkan mereka Amantawe akhirnya menjadi "Mentawai". Sampai saat ini mereka percaya bahwa nenek moyang orang Mentawai berasal dari Nias.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H