Mohon tunggu...
Dani Hamdani
Dani Hamdani Mohon Tunggu... Guru - Pencari Ilmu dan Hikmah

Setiap Kali Bertambah Pengetahuanku, Semakin Aku Sadar Akan Kebodohanku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenali 5 Kesalahan Umum dalam Penguasaan Keterampilan Baru dan Cara Mengatasinya

22 September 2024   08:36 Diperbarui: 22 September 2024   09:03 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : freepik.com/author/tirachardz

Kenali 5 Kesalahan Umum dalam Penguasaan Keterampilan Baru dan Cara Mengatasinya
Dalam perjalanan kita menguasai keterampilan baru, seringkali kita terjebak dalam pola-pola yang justru menghambat kemajuan kita. Nah, kali ini saya akan berbagi tentang lima kesalahan umum yang sering dilakukan orang ketika berusaha menguasai keterampilan baru, dan tentu saja, bagaimana cara mengatasinya. Mari kita bahas satu per satu.

1. Terjebak dalam Pengulangan Tanpa Arah

Banyak orang berpikir bahwa kunci menguasai keterampilan adalah dengan mengulang-ulang saja. Padahal, tidak sesederhana itu. Misalnya, dalam belajar memukul bola tenis, kalau kita hanya mengulang-ulang pukulan yang salah, ya kita hanya akan jadi ahli dalam memukul yang salah.
Jadi, pengulangan itu memang penting, tapi harus dibarengi dengan feedback dan perbaikan. Kalau tidak, kita hanya akan mengulang kesalahan yang sama. Ingat ya, bukan seberapa sering kita berlatih, tapi seberapa berkualitas latihan kita.

2. Takut Terlihat Jelek

Nah, ini nih yang sering bikin orang mundur sebelum berperang. Kita sering kali terlalu fokus ingin langsung kelihatan keren, padahal namanya belajar ya pasti ada fase 'jeleknya'.
Contohnya, banyak orang yang belajar gitar cuma mau main lagu-lagu yang sudah dikuasai. Begitu diajak main lagu baru, langsung mundur karena takut kelihatan payah. Padahal, justru di saat-saat 'jelek' itulah kita belajar paling banyak.
Jadi, jangan takut untuk terlihat 'jelek' atau 'payah' saat belajar. Itu tanda bahwa kita sedang keluar dari zona nyaman dan benar-benar belajar sesuatu yang baru.

3. Cepat Berpuas Diri

Ini juga jebakan yang sering tidak disadari. Begitu kita merasa sudah 'lumayan', kita berhenti berusaha lebih keras. Padahal, level 'lumayan' itu sebenarnya baru permulaan.
Saya sering melihat ini di dunia public speaking. Begitu orang merasa sudah bisa bicara di depan umum tanpa grogi, mereka merasa sudah cukup. Padahal, ada banyak aspek lain yang bisa diasah, seperti kemampuan bercerita, teknik vokal, atau bahasa tubuh.
Ingat, orang-orang hebat itu tidak pernah merasa cukup dengan 'lumayan'. Mereka selalu mencari cara untuk menjadi lebih baik lagi.

4. Menyerah Saat Mengalami Plateau

Dalam proses belajar, kita pasti akan mengalami fase plateau. Ini adalah fase di mana kita merasa tidak ada kemajuan sama sekali. Banyak orang yang menyerah di fase ini, padahal justru di sinilah kita ditantang untuk lebih kreatif dalam belajar.
Saya ingat saat belajar silat dulu, ada gerakan yang saya latih berulang-ulang tapi rasanya tidak ada kemajuan. Tapi bukannya menyerah, saya justru memecah gerakan itu menjadi bagian-bagian kecil dan fokus memperbaiki satu per satu. Hasilnya? Saya akhirnya bisa menguasai gerakan itu dengan lebih baik.

5. Tidak Punya Model atau Standar

Belajar tanpa model atau standar itu seperti berlayar tanpa kompas. Kita tidak tahu apakah kita sudah benar atau belum, apakah kita sudah berkembang atau masih jalan di tempat.
Punya role model atau standar itu penting untuk memberi kita arah dan motivasi. Misalnya, kalau kita belajar menulis, kita bisa punya penulis favorit sebagai role model. Atau kalau kita belajar bisnis, kita bisa punya standar dari pengusaha sukses yang kita kagumi.

Nah, setelah tahu kesalahan-kesalahan ini, bagaimana cara mengatasinya? Jawabannya ada pada apa yang disebut dengan 'deep practice' atau latihan mendalam. Mari kita bahas lebih lanjut.


Menerapkan Deep Practice untuk Menguasai Keterampilan
Deep practice bukanlah sekadar latihan biasa. Ini adalah metode latihan yang benar-benar menantang kita untuk keluar dari zona nyaman dan fokus pada perbaikan yang terukur. Berikut adalah langkah-langkah untuk menerapkan deep practice:

1. Tentukan Hasil Akhir yang Diinginkan

Sebelum mulai berlatih, kita harus punya gambaran jelas tentang apa yang ingin kita capai. Ini disebut dengan 'performance goal' atau target kinerja. Misalnya, kalau kita belajar bahasa Arab, apakah targetnya bisa bercakap-cakap atau bisa membaca kitab kuning? Targetnya berbeda, cara latihannya juga akan berbeda.

2. Pecah Keterampilan Kompleks Menjadi Sub-keterampilan

Ini yang disebut dengan 'chunking'. Kita pecah keterampilan besar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikuasai. Misalnya, kalau belajar silat, kita bisa memecahnya menjadi: kuda-kuda, pukulan, tendangan, tangkisan, dan seterusnya.

3. Latih Setiap Sub-keterampilan Secara Berulang

Inilah inti dari deep practice. Kita fokus pada satu sub-keterampilan dan melatihnya berulang-ulang sampai benar-benar dikuasai. Ini bukan sekadar pengulangan, tapi pengulangan dengan fokus pada perbaikan.

4. Dapatkan Umpan Balik

Umpan balik bisa dari diri sendiri (internal) atau dari orang lain (eksternal). Yang penting, kita harus tahu apa yang sudah benar dan apa yang masih perlu diperbaiki. Kalau bisa, cari mentor atau pelatih yang bisa memberi umpan balik yang akurat.

5. Perbaiki Berdasarkan Umpan Balik

Setelah dapat umpan balik, langsung perbaiki. Jangan menunda-nunda. Ini yang disebut dengan 'refinement' atau penyempurnaan. Proses ini ter

us berulang: latihan - umpan balik - perbaikan - latihan lagi.

6. Gabungkan Sub-keterampilan

Setelah menguasai beberapa sub-keterampilan, mulailah menggabungkannya. Ini proses yang menarik karena kita akan melihat bagaimana bagian-bagian kecil itu akhirnya membentuk keterampilan yang utuh.

7. Ulangi Proses Sampai Hasil Akhir Tercapai

Deep practice bukan proses yang cepat. Butuh waktu dan kesabaran. Tapi kalau kita konsisten, hasilnya pasti akan terlihat.


Membangun Representasi Mental


Satu hal lagi yang penting dalam deep practice adalah membangun representasi mental. Ini adalah kemampuan untuk membayangkan diri kita melakukan keterampilan tersebut dengan sempurna. Misalnya, seorang pembicara handal bisa membayangkan dengan jelas bagaimana dia akan menyampaikan pidatonya, mulai dari pembukaan sampai penutup. Seorang atlet bisa membayangkan setiap gerakan dalam pertandingan dengan detail. Representasi mental ini bukan sekadar khayalan. Ini adalah hasil dari latihan yang intensif dan pemahaman mendalam tentang keterampilan yang kita pelajari. Semakin sering kita berlatih, semakin jelas representasi mental kita.


Kesimpulan: 

Konsistensi adalah Kunci
Mas Oyama, pendiri Kyokushin Karate, pernah berkata, "Seseorang menjadi pemula setelah 1000 hari latihan, dan menjadi master setelah 10.000 hari latihan." Ini menunjukkan bahwa menguasai keterampilan bukanlah proses yang instan.
Kunci utamanya adalah konsistensi. Tidak peduli seberapa lambat kita berkembang, yang penting adalah kita terus bergerak maju. Jangan terjebak dalam kesalahan-kesalahan yang sudah kita bahas tadi. Terapkan prinsip deep practice, dan jangan takut untuk keluar dari zona nyaman.


Ingat, setiap orang hebat yang kita kagumi saat ini pernah menjadi pemula. Mereka pernah mengalami kesulitan, pernah merasa stuck, pernah ingin menyerah. Tapi mereka tetap konsisten, dan itulah yang membuat mereka akhirnya menjadi ahli.
Jadi, mulai sekarang, mari kita ubah cara kita belajar. Jangan hanya berlatih, tapi berlatihlah dengan cerdas. Terapkan deep practice dalam setiap usaha kita untuk menguasai keterampilan baru. Dengan begitu, kita bukan hanya akan menjadi lebih terampil, tapi juga akan menjadi pribadi yang terus berkembang dan tidak pernah berhenti belajar.


Ingat, perjalanan seribu mil dimulai dari satu langkah. Langkah pertama mungkin terasa berat, tapi setiap langkah berikutnya akan terasa lebih ringan. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, mulai deep practice dari sekarang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun