Dalam hal ini, PARANG tidak hanya dianggap sebagai alat terapi juga sebagai bagian jati diri dari masyarakat Sumba yang harus dijaga dan dihormati.
Fungsi PARANG dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sumba.
Sebagian besar masyarakat Sumba masih bergantung pada pertanian dan peternakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
PARANG menjadi alat utama yang membantu mereka menjalani kehidupan sehari-hari.ketika bekerja di ladang, PARANG digunakan untuk memotong rumput, membersihkan semak-semak, atau memotong kayu bakar. Dalam aktivitas berburu, PARANG juga berfungsi sebagai senjata untuk menangkap hewan liar.
Selain itu, PARANG juga sering digunakan untuk melindungi diri dari bahaya, terutama ketika berada di alam bebas. Sumba adalah daerah yang masih banyak memiliki hutan dan alam yang masih terjaga, sehingga ancaman dari hewan liar kadang masih menjadi masalah. Dalam kondisi seperti ini, PARANG adalah alat yang dapat diandalkan bagi masyarakat Sumba.Dengan fungsi yang begitu banyak dan penting untuk masyarakat Sumba, tidak mengherankan jika masyarakat Sumba merasa penting membawa PARANG kemanapun mereka pergi. Bagi mereka, PARANG adalah alat serbaguna yang selalu dibutuhkan.
Simbol kehormatan dan identitas pribadi.
Membawa PARANG di Sumba juga memiliki arti simbolis.PARANG juga seringkali dianggap sebagai simbol kehormatan dan status sosial seseorang. Dalam masyarakat Sumba, seorang laki-laki yang membawa parang menunjukan bahwa ia adalah orang yang bertanggung jawab,berani,dan siap melindungi keluarga.
Selain itu, PARANG juga menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Sumba. Setiap PARANG biasanya dibuat dengan desain yang unik, dan yang mencerminkan asal usul atau status sosial pemiliknya. Beberapa parang dihias dengan ukiran atau ornamen tertentu yang memiliki makna khusus. Hal ini menunjukan bahwa PARANG tidak hanya dilihat dari sisi fungsional, tetapi juga sebagai karya seni yang memiliki nilai estetika.
Tantangan di Era Modern
Meskipun tradisi membawa PARANG sudah berlangsung selama ratusan tahun, kebiasaan ini sering menghadapi tantangan di era modern. Di kota-kota besar atau daerah yang memiliki aturan ketat tentang senjata tajam, membawa PARANG dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum. Hal ini seringkali menjadi masalah bagi masyarakat Sumba yang bepergian ke luar daerah pulau sumba.
Bagi masyarakat luar yang tidak memahami budaya Sumba, membawa PARANG mungkin dianggap sebagai tindakan yang berbahaya atau bahkan mengancam. Padahal, bagi masyarakat Sumba sendiri, PARANG adalah bagian dari tradisi dan bukan dimaksudkan untuk menakut-nakuti atau menyakiti orang lain. Tantangan ini juga menunjukan perlunya dialog dan pemahaman antar budaya agar tidak terjadi kesalahpahaman.