Oleh
Daniel Elkharist Kurniawan Riwoe
Mahasiswa Fakultas Ilmu sosial dan Komunikasi
Prodi Ilmu Komunikasi - Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
 Pernahkah kalian melihat atau mendengar tentang masyarakat yang tinggal di Pulau Sumba itu memiliki kebiasaan membawa senjata tajam berjenis PARANG Kemana-mana?, bagi kalian yang belum tahu Pulau Sumba itu sendiri berada di PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR(NTT), Sumba adalah salah satu daerah di INDONESIA yang terkenal dengan alam dan adat istiadatnya yang unik. Salah satu tradisi yang menarik perhatian adalah kebiasaan masyarakat di Sumba yang membawa senjata tajam atau PARANG ke mana-mana. Kebiasaan ini mungkin terlihat aneh bahkan tidak wajar karena bagi sebagian orang, terutama untuk mereka yang tinggal di kota-kota besar. Namun, bagi masyarakat di Sumba, membawa parang bukan hanya soal fungsi, tetapi juga soal budaya, tradisi, dan identitas.
Apa itu PARANG dan mengapa penting untuk masyarakat sumba?
 PARANG adalah sejenis senjata tajam yang memiliki bentuk seperti golok, di Sumba, PARANG memiliki banyak fungsi. PARANG biasanya digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti bekerja di ladang, membersihkan semak-semak, atau memotong kayu. Dalam kehidupan masyarakat Pedesaan yang dekat dengan alam, PARANG adalah alat yang sangat penting dekat untuk masyarakat Sumba
Namun, di luar fungsi praktisnya, parang memiliki makna yang mendalam untuk masyarakat Sumba. Bagi masyarakat Sumba, parang melambangkan kehormatan, tanggung jawab dan keberanian. Parag Juga dianggap sebagai simbol kedewasaan seorang laki-laki Sumba. Seorang laki-laki Sumba yang membawa PARANG ingin menunjukan bahwa dirinya itu terhormat dalam kehidupan dan dalam mempertahankan kehormatan keluarganya.Â
PARANG dan tradisi leluhur
Kebiasaan membawa PARANG juga berkaitan erat dengan tradisi leluhur masyarakat Sumba. Dalam adat Sumba, PARANG seringkali digunakan dalam berbagai acara adat. Contohnya, dalam acara pemotongan hewan kurban untuk ritual adat atau perayaan tertentu, PARANG menjadi alat yang sangat penting bagi masyarakat Sumba. Selain itu, PARANG juga digunakan dalam upacara pernikahan atau penyelesaian konflik antarsuku.
Tradisi ini diwariskan dari generasi ke generasi.orang tua di Sumba biasanya mengajarkan anak-anak mereka tentang cara membawa atau cara menggunakan PARANG dengan bijak.
Dalam hal ini, PARANG tidak hanya dianggap sebagai alat terapi juga sebagai bagian jati diri dari masyarakat Sumba yang harus dijaga dan dihormati.
Fungsi PARANG dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sumba.
Sebagian besar masyarakat Sumba masih bergantung pada pertanian dan peternakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
PARANG menjadi alat utama yang membantu mereka menjalani kehidupan sehari-hari.ketika bekerja di ladang, PARANG digunakan untuk memotong rumput, membersihkan semak-semak, atau memotong kayu bakar. Dalam aktivitas berburu, PARANG juga berfungsi sebagai senjata untuk menangkap hewan liar.
Selain itu, PARANG juga sering digunakan untuk melindungi diri dari bahaya, terutama ketika berada di alam bebas. Sumba adalah daerah yang masih banyak memiliki hutan dan alam yang masih terjaga, sehingga ancaman dari hewan liar kadang masih menjadi masalah. Dalam kondisi seperti ini, PARANG adalah alat yang dapat diandalkan bagi masyarakat Sumba.Dengan fungsi yang begitu banyak dan penting untuk masyarakat Sumba, tidak mengherankan jika masyarakat Sumba merasa penting membawa PARANG kemanapun mereka pergi. Bagi mereka, PARANG adalah alat serbaguna yang selalu dibutuhkan.
Simbol kehormatan dan identitas pribadi.
Membawa PARANG di Sumba juga memiliki arti simbolis.PARANG juga seringkali dianggap sebagai simbol kehormatan dan status sosial seseorang. Dalam masyarakat Sumba, seorang laki-laki yang membawa parang menunjukan bahwa ia adalah orang yang bertanggung jawab,berani,dan siap melindungi keluarga.
Selain itu, PARANG juga menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Sumba. Setiap PARANG biasanya dibuat dengan desain yang unik, dan yang mencerminkan asal usul atau status sosial pemiliknya. Beberapa parang dihias dengan ukiran atau ornamen tertentu yang memiliki makna khusus. Hal ini menunjukan bahwa PARANG tidak hanya dilihat dari sisi fungsional, tetapi juga sebagai karya seni yang memiliki nilai estetika.
Tantangan di Era Modern
Meskipun tradisi membawa PARANG sudah berlangsung selama ratusan tahun, kebiasaan ini sering menghadapi tantangan di era modern. Di kota-kota besar atau daerah yang memiliki aturan ketat tentang senjata tajam, membawa PARANG dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum. Hal ini seringkali menjadi masalah bagi masyarakat Sumba yang bepergian ke luar daerah pulau sumba.
Bagi masyarakat luar yang tidak memahami budaya Sumba, membawa PARANG mungkin dianggap sebagai tindakan yang berbahaya atau bahkan mengancam. Padahal, bagi masyarakat Sumba sendiri, PARANG adalah bagian dari tradisi dan bukan dimaksudkan untuk menakut-nakuti atau menyakiti orang lain. Tantangan ini juga menunjukan perlunya dialog dan pemahaman antar budaya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Selain itu, modernisasi juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Sumba. generasi muda di Sumba mulai terpapar dengan gaya hidup modern yang berbeda dengan tradisi leluhur masyarakat Sumba. Banyak dari mereka yang mulai meninggalkan kebiasaan membawa PARANG, terutama ketika tinggal di luar pulau Sumba. Hal ini menimbulkan kekuatiran bahwa tradisi ini mungkin akan hilang seiringnya waktu
Bagaimana melestarikan tradisi ini?
Untuk menjaga tradisi membawa PARANG tetap hidup, diperlukan upaya pelestarian yang melibatkan berbagai pihak. Pendidikan budaya menjadi hal yang sangat penting. Anak-anak di Sumba perlu diajarkan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini, termasuk makna simbolis dan fungsi PARANG dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, masyarakat luar juga perlu diberikan pemahaman tentang budaya Sumba. Melalui pendidikan dan dialog antar budaya, diharapkan masyarakat luas dapat menghargai keunikan tradisi Sumba dan tidak lagi melihat kebiasaan membawa PARANG sebagai sesuatu yang negatif.
Peran pemerintah dan organisasi budaya juga berpengaruh penting. Program-program pelestarian budaya,seperti festival budaya atau pameran seni tradisional, dapat menjadi cara yang efektif untuk memperkenalkan budaya Sumba kepada masyarakat luas. Dalam acara seperti ini, masyarakat dapat melihat bahwa PARANG bukan hanya senjata tetapi juga simbol budaya yang kaya akan makna.
Kesimpulan.
Membawa PARANG adalah kebiasaan yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Sumba selama berabad-abad. PARANG tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk bekerja sehari-hari tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam. Kebiasaan ini mencerminkan identitas, kehormatan, dan hubungan masyarakat Sumba dengan tradisi leluhur mereka.
meskipun menghadapi tantangan di era modern, tradisi ini tetap menjadi salah satu warisan budaya yang berharga untuk masyarakat Sumba. Dengan upaya pelestarian dan pemahaman yang lebih baik, kebiasaan membawa parang di Sumba dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya INDONESIA yang beragam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H