Selain sedekah bumi, masyarakat Jrahi juga melakukan tradisi ruwahan dan dawuhan. Ruwahan menjadi ungkapan sukacita menyambut ibadah puasa Ramadan. Sementara dawuhan sebagai wujud syukur atas terus mengalirnya sumber air untuk mengairi pertanian.
Warga juga arif dalam menjaga alam. Pada lokasi yang rawan longsor seperti di tepi sungai, warga menanaminya dengan bambu. Tanaman ini mudah tumbuh dan memiliki akar kuat yang bisa meminimalisasi longsor. Selain itu bambu juga mampu menyimpan air sehingga sungai tetap mengalir saat kemarau, serta menjadikan udara lebih segar.
Dengan beragam pesona yang dimilikinya, Jrahi memang pantas menjadi desa wisata. Potensi ini perlu terus dikembangkan. Dukungan dari pemerintah dan pihak lain juga diperlukan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masayarakat setempat.
Seperti yang telah dilakukan Adira Finance dengan menggagas Festival Kreatif Lokal 2022 (http://adira.id/e/fkl2022-blogger) dan Desa Wisata Ramah Berkendara. Program tersebut mampu membangkitkan kembali perekonomian rakyat yang sempat terpuruk karena pandemi. Besar harapanku, Adira Finance akan melirik Desa Jrahi sebagai lokasi Festival Kreatif Lokal di tahun-tahun mendatang.
Jrahi tidak hanya memiliki keindahan alam. Desa di lereng Muria ini juga dihuni oleh warga yang hidup secara harmonis, baik dalam hubungan antarmanusia, hubungan manusia dengan Sang Pencipta, maupun hubungan manusia dengan alam. Semoga apa yang ada di Desa Wisata Pancasila Jrahi ini bisa memberikan inspirasi bagi desa-desa lainnya di negeriku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H