Mohon tunggu...
Daniel Mashudi
Daniel Mashudi Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer

https://samleinad.com E-mail: daniel.mashudi@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Film "Nano Millenial Force" dan Asa Kemajuan Industri Animasi Karya Anak Bangsa

22 November 2018   14:00 Diperbarui: 22 November 2018   19:02 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai animasi karya anak bangsa, saya teringat masa tahun 1980-an dahulu ketika saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu ada beberapa cara yang dilakukan oleh para murid untuk mengisi waktu di ruang kelas sambil menunggu kedatangan guru pengajar. Mulai dari berbincang, bernyanyi sambil 'kothekan' menabuh meja, atau menggambar.

Saya ingat ada salah seorang teman yang memiliki kemampuan menggambar yang lumayan baik. Ia menggambar, pada pojok kanan bawah halaman buku tulis, seorang laki-laki yang tengah berdiri dengan kedua tangan merapat pada dada. Di lembar berikutnya, juga pada bagian pojok kanan, digambarnya laki-laki yang sama namun dengan salah satu tangan sedang digerakkan lurus ke depan.

Setelah kedua gambar tersebut selesai, ia memegang ujung kanan bawah lembar pertama. Dengan gerakan sedemikan rupa, dibaliknya lembar pertama tersebut lalu sehingga terlihat lembar kedua. Dari lembar kedua, ia kembali lagi memperlihatkan lembar pertama, ke lembar kedua lagi, begitu seterusnya.

Gerakan berulang dalam frekuensi lumayan cepat tersebut akhirnya membuat figur laki-laki yang ada di gambar seolah-olah bergerak melakukan tinju atau pukulan ke depan berulang. Mirip gerakan Elly Pical, seorang petinju nasional yang sangat terkenal pada masa itu.

Pada lain kesempatan, teman saya tersebut juga menggambar dengan cara serupa. Jika pada sebelumnya figur seseorang yang sedang melakukan pukulan berulang, maka figur selanjutnya adalah seseorang yang melakukan tendangan berulang. Mungkin ia terinspirasi oleh Sylvester Stallone atau Barry Prima, aktor film laga yang digandrungi penikmat film saat itu.

Apa yang dilakukan oleh teman saya tersebut adalah dasar dari sebuah film animasi, film yang berasal dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak.

Pada saat perkembangan awal, film animasi banyak menggunakan teknik stop motion. Teknik ini menggunakan serangkaian gambar diam atau frame yang dirangkai dan menimbulkan kesan seolah-olah gambar tersebut bergerak.

Tentunya teknik ini sangat sulit, butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit. Untuk membuat animasi selama satu detik, dibutuhkan sebanyak 12-24 frame gambar diam. Bisa kita bayangkan berapa frame gambar diam yang perlu dibuat untuk film animasi satu jam.

Perkembangan teknologi ikut memengaruhi pembuatan film animasi dari yang semula memakai teknik stop motion. Perkembangan teknologi komputer memunculkan animasi yang bermacam-macam jenisnya, ada 2 dimensi (2D) dan 3 dimensi (3D).

Penemuan teknologi digital turut mempengaruhi perkembangan animasi. Teknologi digital mampu menghadirkan visual yang realistis. Penanda besar era ini adalah kehadiran film Toy Story, animasi 3D panjang pertama produksi studio Pixar pada tahun 1995. Sejak itulah teknologi digital terus menghasilkan karya animasi yang semakin berkualitas.

Perkembangan Animasi di Indonesia

Pada tahun 1950-an nama Walt Disney mendunia dengan karya animasinya. Presiden RI pertama Ir. Soekarno tertarik untuk mempelajarinya. Beliau mengirim Dukut Hendronoto (Pak Ooq) ke Disney untuk belajar animasi. Pak Ooq kemudian kembali ke Indonesia dan mulai membuat iklan animasi untuk pemilihan umum yang berjudul "Si Doel Memilih".

Tahun 1963 Pak Ooq bergabung dengan TVRI dan mengembangkan program animasi. Karena dinilai menghabiskan anggaran, program ini akhirnya tidak berlanjut.

Hingga tahun 1970-an, animasi di tanah air hanya sebatas iklan saja. Kemudian pada 1974 Dewan Kesenian Jakarta memprakarsai Festival Mini untuk merangsang tumbuhnya film-film animasi pendek. Film "Kayak Beruang" karya Dwi Koendoro dan Pramono menjadi juara satu di festival ini.

Mulai akhir 1970-an, muncullah film animasi dalam negeri. Seperti misalnya "Timun Mas" karya Drs. Suyadi (1979), "Rimba Si Anak Angkasa" karya Wagiono Sunarto (1980), dan "Si Huma" karya Partono Soenyoto (1980) yang semuanya ditayangkan di TVRI.

Masuknya stasiun-stasiun televisi swasta sejak tahun 1989 juga ikut memberi andil terhadap film animasi Indonesia. Dalam perkembangannya, film-film animasi Indonesia memiliki kualitas yang semakin baik dan diterima dengan baik oleh masyarakat seperti film "Battle of Surabaya" yang sempat masuk layar bioskop.

Revolusi Industri 4.0 dan Pelatihan Movie Animator di BBPLK Bekasi

dok. pribadi
dok. pribadi
Industri animasi merupakan salah satu industri yang berkontribusi besar pada PDB nasional Indonesia. Industri ini diminati oleh kalangan anak muda. Geliat industri animasi di tanah air terus menguat yang terlihat dari semakin banyaknya produksi animasi yang dibuat baik untuk kepentingan komersial, sosial, maupun pribadi.

Dunia industri global saat ini memasuki revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang menjadikan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) sebagai basis atau penggerak utama dalam sistem operasional. Melibatkan TIK dan AI dalam sistem operasional industri adalah keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Inilah yang disebut dengan sistem otomasi industri dengan kecerdasan buatan.

Sistem otomasi dan AI saat ini telah dapat melakukan pekerjaan yang setara atau bahkan lebih baik dari pada manusia, baik pada pekerjaan yang bersifat memiliki resiko tinggi, hingga pekerjaan rutin dan rendah keterampilan. Mulai dari industri manufaktur, perbankan, pariwisata, perdagangan, properti, transportasi bahkan hingga urusan ticketing.

Di industri animasi saat ini, penggunaan sistem otomasi merupakan keharusan. Untuk memenuhi kebutuhan industri tersebut, Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Bekasi melaksanakan pelatihan movie animator antara lain 3D modelling, 3D animate, 3D rigging, editing & VFX, storyboarding, character design, dan teaching factory.

Pelatihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan animator dan dapat terserap ke industri dengan bekerja di studio atau perusahaan yang terlibat dalam bidang animasi.

Industri animasi di Indonesia sangat sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil, dan memiliki keterampilan yang sesuai dengan standar industri. Sementara lulusan dari jurusan multimedia dan animasi kemampuannya belum memenuhi standar tersebut.

Pelatihan movie animator memiliki kurikulum yang mengikuti standar industri. Diharapkan pelatihan ini menjadi teaching factory yang merupakan implementasi dari penerapan hasil pelatihan dan digunakan sebagai portofolio bagi peserta pelatihan.

Film "Nano Millenial Force"

Para animator yang dilatih di BBPLK Bekasi telah menghasilkan sebuah film animasi berjudul "NanoMillenial Force". Peluncuran film ini dilakukan pada tanggal 16 Nopember 2018, bersamaan dengan peresmian Creative Room BBPLK Bekasi oleh Menteri Ketenagakerjaan RI, Bapak Muhammad Hanif Dhakiri.

dok. indoblognet
dok. indoblognet
Dalam kata sambutannya, Bapak Hanif Dhakiri mengungkapkan bahwa kreativitas, inovasi, dan produktivitas mutlak harus dimiliki dan dikembangkan oleh SDM Indonesia untuk menjawab tantangan dan mengoptimalkan peluang revolusi industri 4.0. Beliau berharap BBPLK Bekasi menjadi motor penggerak kemajuan industri animasi di Indonesia.

Film "NanoMillenial Force" berkisah tentang tiga peserta magang asal Indonesia bernama Nano, Yoko, dan Aris.

Mereka tersesat ketika sedang berada dalam perjalanan di tempat wisata Kuil Kiyomizu dera di Kyoto. Kuil ini masuk dalam Warisan Dunia UNESCO.

Dalam ketersesatan itulah mereka bertemu dengan Hanida, sosok pengayom. Mereka diajarkan untuk bersikap profesionalisme, disiplin, tahan uji, dan kemandirian. Petualangan dalam ketersesatan ini punya makna besar bagi perjalanan Nano dan kawan kawan, yang akhirnya mereka bisa menjadi pengusaha sukses.

Trailer film tersebut dapat dilihat dalam video berikut:


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun