Mohon tunggu...
daniel lopulalan
daniel lopulalan Mohon Tunggu... Penulis - Student of life

Belajar berbagi. Belajar untuk terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menarik "Insight" dari Pendidikan Karakter

26 Agustus 2018   22:14 Diperbarui: 26 Agustus 2018   22:23 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dokumen pribadi

Hal yang kedua adalah, pendidikan itu bersifat massal. Asumsinya setiap orang adalah sama, treatment-nya mestinya sama juga dengan harapan hasilnya juga sama. 

Apakah memang demikian ? Mungkin saja kalau itu kita terapkan pada proses peradaban sebelum ini. Dimana saat itu, kebutuhan akan sumber daya manusia tidaklah kompleks karena perubahannya pun tidak cepat dan kompleks. Saat itu,  setiap manusia dianggap mampu belajar apapun, bekerja apapun sesuai dengan perubahan tadi. Itu dimungkinkan karena jumlah pekerja dibandingkan peluangnya, masih lebih banyak peluang kerjanya. Sehingga sistem pendidikan pun bersifat massal.

Bagaimana dengan sekarang ketika peluang kerja menjadi sempit dan kompetisi menjadi sengit ? 

Setiap orang dituntut sejak awal untuk menentukan apa spesialisasinya dan kemana dia akan menjalani kompetisinya. Dalam kaitan itu, pengenalan seseorang akan kelebihan dan kekurangan dirinya menjadi sangat penting. Persiapan itu, termasuk  pengenalan talenta yang dimiliki juga penting. 

Masalahnya, bagaimana siswa  mesti menjalani itu dalam sebuah kurikulum pendidikan yang bersifat massal? 

Mesti ada konversi pemahaman dari sekolah massal menjadi pemahaman yang bisa dipahami setiap individu untuk diimplementasikan kedalam keunikan dirinya yang bersifat personal.

Saat ini banyak sekali kebutuhan kerja yang bersifat sangat spesialis. Ketika dulu, anak kita suka bermain game dan dimarahi orang tuanya. Saat itu orangtua tidak bisa membayangkan akan punya masa depan apa anak yang suka main game. Saat ini jurusan game development sudah banyak ada di dunia. Bahkan bukan cuma itu, game development untuk animasi ataupun board game bisa menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri yang dibutuhkan. 

Lalu bagaimana cara kita mengkonversi pendidikan massal menjadi pendidikan yang unik aplikatif untuk setiap individu ?

Pertama, menjadikan sekolah tidak hanya sebagai wahana pemberian informasi satu arah, tapi juga menjadikannya sebagai bahan diskusi yang implementatif untuk kehidupan sehari hari. Hal ini sudah berusaha diimplementasikan dengan pendidikan tematik dalam kurikulum terakhir dan saya kira ini hal yang baik.

Kedua, menjadikan sekolah sebagai lahan pendidikan karakter dengan kegiatan ekstrakulikuler yang beragam. Kepala sekolah SMA saya menyatakan dengan bahasa gamblang bahwa sekolah adalah tempat untuk belajar hidup, lebih dari belajar secara akademis. Non scholae sed vitae discimus. 

Lalu bagaimana jika sekolah itu tidak menyediakannya ? Masih banyak pendidikan diluar sekolah yang tidak bisa disediakan sekolah formal tapi sangat baik untuk diikuti. Kursus tari Bali, biola, Menulis indah ala kaligrafi, melukis dan banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun