Mohon tunggu...
Jossephine Daniella Iki
Jossephine Daniella Iki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Yogyakarta

Mahasiswa_Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/Pendidikan Kimia_Universitas Negeri Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pustakawan Ini, tapi Siapa Mereka?

21 September 2022   09:30 Diperbarui: 18 November 2022   22:07 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perpustakaan yang nyaman |  Foto: Yuniadhi Agung/Kompas 

Kota Tembakau nama panggungnya, nama aslinya Temanggung, sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang super dingin dan terkenal nikmat hasil tembakaunya. 

Meskipun biasanya dingin, mungkin hari itu matahari menjelma jadi lima, atau bahkan jadi sembilan seperti rubah ekor sembilan yang menyatu dengan jiwa naruto, kurang lebih begitulah perumpamaan yang pas untuk mengungkapkan bahwa hari itu Temanggung benar-benar panas. 

Saat tengah panasnya Temanggung hari itu, aku memutuskan untuk berjalan-jalan ke alun-alun dengan tujuan menenangkan pikiran yang sedang penuh problema tentang asmara dan perkuliahan tingkat akhir. 

Setibanya di alun-alun kota, aku merasa tidak menemukan makanan atau tontonan yang sesuai maksud hati. Tanpa tujuan yang pasti motor tuaku memilih melanjutkan perjalanan ke arah Taman Kartini. 

Entah angin panas apa yang menggiring motorku hingga merayuku untuk pergi ke Taman Kartini. Satu-satunya yang memikat mataku adalah es buah di Taman Kartini. 

Usai memarkir motor, segera saja aku memesan es buah yang membuat jatuh cinta pada pandangan pertamaku saat tiba di Taman Kartini. Sembari menyantap es buah, aku melihat-lihat area sekitar Taman Kartini, ternyata tidak ada yang menarik hatiku. 

Seluruh taman nampak seperti taman pada umumnya, ramai pedagang dan beberapa gerombolan anak-anak sedang bermain. Ada juga remaja yang sedang nongkrong penuh canda gurau lengkap dengan seragam putih biru yang masih melekat. 

Es buah mulai habis, bagiku yang mengidap hipotensi tentu saja masih tersisa beberapa potong semangka. 

Lagi-lagi hatiku merasa tidak nyaman, kini dibarengi rasa pusing dikepala, mungkin hipotensi mulai kumat. Lengkap sudah penderitaan hari ini, Temanggung dengan sembilan matahari, kondisi hati riuh, dan hipotensi kumat. 

Dengan sedikit sempoyongan aku melangkah menuju parkiran dengan tujuan pulang. Memang mau kemana lagi? Aku merogoh saku celana dan meraih kunci motor, memakai helm kuning kesayangan, dan siap menyalakan mesin. 

Sebuah mobil hitam melintas sekilas sebelum aku menghidupkan mesin motorku, bola mataku mengikuti arah jalan mobil hitam itu. Mobil berhenti di bawah spanduk bertuliskan “Yuk Kejar Prestasi, Stop Nikah Dini!” 

Tanpa sadar kakiku mengikuti mobil tersebut dan berhenti tepat di pintu masuk sebuah gedung yang di depannya terpampang spanduk tadi. “Gedung apa ini?” gumamku dalam hati. 

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

“Mencari apa mbak? Mau berkunjung? Monggo, mengisi buku kunjungan,” seseorang berbaju hitam menawariku mengisi buku kunjungan, aku baru sadar bahwa gedung itu ternyata adalah perpustakaan. 

Aku masuk ke dalam dengan penuh rasa ragu dan malu. “Selamat pagi mbak, ingin berkunjung untuk membaca?” Kembali seseorang menyapaku, kali ini perempuan. 

“Iya mbak, mungkin saya ingin berkeliling dan numpang ke toilet saja.” 

Entah apa yang terjadi, sapaan dari mas-mas dan mbak-mbak tadi memulihkan perasaan kesal ku akan hari ini, lagi-lagi semua ini terjadi tanpa aku sadari. 

Aku menuju ruang koleksi di lantai dua, tentu saja menuju ke toilet dan sedikit jalan-jalan. Ternyata lantai dua gedung ini benar-benar perpustakaan, meski kecil, namun cukup nyaman untuk menyembuhkan kesal seharian ini. 

Terdapat pemandangan kolam renang di sebelah utara, hamparan koleksi buku, dan suasana hening. Panas! Hanya itu yang masih sama, apakah matahari ikut masuk ke perpustakaan? Kalau iya, lucu sekali!

Ada langkah kaki mendekat ke arahku, aku tidak tahu siapa itu. “Mbak, pakai kipas angin ini saja.” 

Seorang bapak menghampiriku dengan kipas besar di genggaman. “Terima kasih, pak.” Jawabku singkat karena pikiranku penuh tanda tanya. 

Aku mengambil sebuah buku berjudul “Sangkan Paraning Dumadi” dan menyelesaikan empat puluh halaman sebelum akhirnya telepon genggamku berdering memecah keheningan. 

“Ayo pulang, kamu harus mengajar di balai desa.” 

Sebuah pesan singkat terlihat dari layar telepon genggamku, segera aku menutup buku untuk bergegas kembali ke posko KKN. Aku sedikit gegabah hingga menjatuhkan barang bawaanku di tangga. 

Dari arah berlawanan, seseorang berbaju batik mengawasiku dan berkata, “Hati-hati mbak, lantainya belum kering.” Wow! “Mengapa seluruh orang di sini baik padaku? Mengapa mereka menyambutku?” 

Tempat ini sepi, padahal segudang ilmu tersebar beraneka rasa di sini. Bukan hanya soal koleksi pustaka, ilmu kehidupan dan jiwa-jiwa pahlawan kutemukan disini. Sayang sekali, aku tidak sempat berkenalan dengan mereka, siapakah mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun