Aku mengambil sebuah buku berjudul “Sangkan Paraning Dumadi” dan menyelesaikan empat puluh halaman sebelum akhirnya telepon genggamku berdering memecah keheningan.
“Ayo pulang, kamu harus mengajar di balai desa.”
Sebuah pesan singkat terlihat dari layar telepon genggamku, segera aku menutup buku untuk bergegas kembali ke posko KKN. Aku sedikit gegabah hingga menjatuhkan barang bawaanku di tangga.
Dari arah berlawanan, seseorang berbaju batik mengawasiku dan berkata, “Hati-hati mbak, lantainya belum kering.” Wow! “Mengapa seluruh orang di sini baik padaku? Mengapa mereka menyambutku?”
Tempat ini sepi, padahal segudang ilmu tersebar beraneka rasa di sini. Bukan hanya soal koleksi pustaka, ilmu kehidupan dan jiwa-jiwa pahlawan kutemukan disini. Sayang sekali, aku tidak sempat berkenalan dengan mereka, siapakah mereka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H