Jokowi harus belajar dari sejarah Soekarno dan Soeharto, terutama Soeharto. Sekarang, banyak penjilat dan pencari muka juga ada di sekitarnya, yang berbisik kepadanya bahwa ia masih diharapkan rakyat untuk menjadi presiden untuk ketiga kalinya.
Padahal, pembisik-pembisik itu sesungguhnya, seperti yang Jokowi sendiri bilang, bermaksud mencari muka kepadanya, menampar mukanya, dan menjerumuskannya. Jika Jokowi terjerumus, mereka akan menjadi "Harmoko-Harmoko" masa kini, yang mengkhianatinya.
Kita berharap kepada Jokowi bahwa ia benar-benar akan teguh hatinya dan konsisten dengan prinsip dan pernyataannya bahwa ia sungguh-sungguh "patuh pada Konstitusi" dan "tidak berminat menjadi presiden tiga periode."
Jangan sampai, seandainya saja MPR jadi mengamendemenkan UUD 1945 termasuk mengubah periodisasi masa jabatan presiden menjadi tiga periode, lalu Jokowi bersedia dicalonkan lagi. Argumentasinya, ia kan tetap taat pada Konstuitusi juga, yaitu UUD 1945 hasil "amendemen kelima" itu. Ingat, ada lagi pernyataannya, "saya tidak berminat menjadi presiden tiga periode." Â (dht).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H