Pihak keluarga Gus Dur sudah sejak 2009, berkali-kali mengingatkan Muhaimin agar jangan pernah lagi membawa-bawa nama besar Gus Dur, kenyataannya hal itu berkali-kali dilanggar, baik di pemilu 2009, maupun di pemilu 2014, dan kini terulang dari di masa menjelang pemilu 2019.
Bahkan yang sekarang lebih spesifik lagi, fokus pada sosok Muhaimin Iskandar, yaitu untuk mencapai cita-citanya menjadi cawapres Jokowi, untuk mendapat dukungan sebanyak-banyaknya, ia kembali membawa-bawa nama besar Gus Dur, kali ini ajaran Gus Dur yang juga dikenal dengan nama Gus Durian. Ajaran Gus Dur itu dipadu dengan ajaran Soekarno (untuk mendapat dukungan dari PDIP), dan konsep perpaduan itu diberi nama  "Sudurisme", berasal dari kata Soekarnoisme dan Gus Durianisme.
Terkait dengan itu, Alissa Wahid pun kembali menyatakan keberatan keluarganya atas sikap Muhaimin yang lagi-lagi membawa-bawa nama Gus Dur itu. Kali ini diutarakan lewat akun Twitter-nya, @AlisassaWahid.
Alissa antara lain mengatakan, pihaknya tidak keberatan ajaran Gus Dur itu dijadikan dasar gerekan, tetapi dijadikan instrumen kampanye, tidak layak. (Karena itu hanya demi kepentingan pribadi).
Muhaimin dan kawan-kawannya di PKB hanya memanfaatkan ajaran Gus Dur untuk kepentingan politik Muhaimin, sedangkan di masa-masa biasa, bukan di tahun politik seperti sekarang ini, ajaran Gus Dur tidak pernah dibiacarakan, apalagi dipraktikkan.
Ketika pihak minoritas ditindas, dipersekusi, di manakah mereka dengan ajaran Gus Dur, padahal salah satu ajaran Gus Dur itu adalah selalu berbicara dan berupaya membela hak-hak mereka, sebagaimana pernah dilakukan oleh Gus Dur di masa hidupnya.
Berikut cuitan-cuitan @AlissaWahid di akun Twitter-nya tentang penggunaan ajaran Gus Dur oleh Muhaimin untuk mencapai cita-citanya menjadi cawapres Jokowi:
Bila dengan Gus Dur saja, Muhaimin bisa bersikap begitu demi mendapat PKB, apalagi dengan Jokowi kelak?
Demi Cawapres, Muhaimin Melawan Realitas?
Apapun yang terjadi, bagi Muhaimin Iskandar alias Cak Imin itu menjadi cawapres Jokowi rupanya sudah menjadi harga mati, maka itu, apapun yang terjadi, setelah tak sabar lagi menunggu kepastian dari Jokowi, Muhaimin malah melangkahi Jokowi, dengan mengdeklarasikan dirinya sebagai cawapres Jokowi, sekalipun mengdeklarasikan pasangan "Jokowi-Muhaimin," atau "Jokowi-Cak Imin", dan mulai disosialisasikan.