Juga ada kisah tentang pemerintahan dan rakyatnya menurut Konfusius saat berdialog dengan sahabatnya, Zigong:
Ketika Zigong bertanya tentang pemerintah, Konfusius berkata: "Cukup makan, cukup perlindungan dan kepercayaan rakyat adalah yang hal terpenting dari pemerintahan."
"Jika kamu harus melepas satu dari ketiga hal itu, yang mana yang akan anda lepas?" tanya Zigong.
"Perlindungan".
"Jika kamu dipaksa melepaskan satu lagi, mana yang akan anda lepas?"
"Makanan. Memang benar orang akan mati kelaparan tanpa makanan, tetapi kematian sudah menjadi takdir sejak awal. Tetapi sebuah negara tidak dapat berdiri jika masyarakatnya tidak mempunyai keyakinan pada pemerintahnya."
Pada bagian lain buku itu, ditulis pula tentang pendapat Konfusius tentang moral, etika, dan hukum:
Dia percaya bahwa prinsip moral yang tinggi dan tingkah laku yang baik dapat membantu membentuk kesadaran diri dan etika, sehingga menciptakan kedamaian dan struktur sosial yang baik, sedangkan pemaksaan hukum hanyalah membuat manusia mencoba untuk menghindari hukuman tanpa mengembangkan kesadaran.
Sedangkan tentang sikap Konfusius saat berhadapan dengan orang-orang fasik, pejabat-pejabat negara yang munafik, dan koruptor, ia tidak bisa berpura-pura bersikap manis dengan mereka:
"Untuk menyembunyikan perasaan seseorang dan berpura-pura bersahabat dengan orang yang tidak disukainya -- saya malu melakukan itu" Dia percaya bahwa yang terbaik adalah disukai oleh yang baik dan tidak disukai oleh yang jahat.
Suatu prinsip hidup yang juga ada pada diri seorang Ahok. Selama ia memimpin DKI Jakarta, ia tak sudi berpura-pura manis, apalagi menjilat, saat berhadapan dengan segala ketidakberesan pejabat, maupun masyarakat, meskipun risikonya ia kehilangan banyak dukungan, Â dan mempunyai banyak musuh yang tak henti-hentinya ingin menyingkirkannya, bahkan membunuhnya. Maka tak heran, karena di Jakarta memang banyak pejabat koruptor, dan orang-orang tidak benar lainnya, Ahok pun mempunyai banyak musuh, dan ironisnya ia akhirnya berhasil disingkirikan.