Jokowi menjawab dengan memperagakan ekspresi orang kaget, sambil meloncat ia berkata: “Wah, kaget, kaget, gitu aja,” diikuti dengan tawa khasnya. Wartawan-wartawan pun spontan tertawa melihat reaksi Jokowi yang santai dan lucu itu (lihat videonya di bawah).
“Kok, di sadap, ini nggakada apa-apanya, (tertawa).. wong, nggak ada isinya. Mungkin yang nyadapjuga kecewaaaa..., ini apaaaa, yaa, mungkin,” kata Jokowi dengan ekspresi orang heran.
Di lain kesempatan, pada 20 Februari 2014, saat dikonfirmasi lagi, Jokowi berkata: "Sudahlah, itu sudah lama, hanya saja saya kan diam. Bulan Desember itu, sudah lama."
"Ada detektornya kan, nggak usah saya sebutkan siapa yang menemukan. Ketemu tiga saat itu, pas Desember, sebenarnya saya tidak mau bicara masalah ini. Tapi, ya faktanya di rumah dinas ada tiga," katanya.
"Saya cerita sudah Desember yang lalu, tapi saya bilang nggak usahlah diribut-ributin. Yang disadap dari saya juga apa, sih? Saya juga kalau di rumah ngomong dengan istri, ngomong yang enteng-enteng saja, ngomong soal makanan, itu-itu saja," katanya.
Reaksi Jokowi mengenai penyadapan terhadap dirinya, dua tahun yang lalu itu sangat berbeda dengan reaksi SBY yang senantiasa merasa dirinya disadap, yang dua hari lalu sudah kita saksikan bersama itu.
Reaksi keras SBY yang begitu didramatisir selama sekitar 20 menit itu, dipicu oleh pernyataan Ahok dan pengacaranya di persidangan kedelapan dugaan penistaan agama bahwa mereka punya bukti adanya percakapan telepon antara SBY dengan Ma’ruf Amin, pada 6 Oktober 2016. Sehari kemudian terjadi pertemuan antara Ma’ruf dengan putra sulung SBY, Agus Yudhoyono dan Sylvia Murni, yang meminta restu majunya mereka di pilkada DKI Jakarta 2017. Empat hari kemudian (11/10/2016(, keluarlah fatwa MUI yang menyatakan Ahok telah melakukan penistaan agama Islam.
Padahal, baik Ahok, maupun pengacaranya sama sekali tidak menyinggung mengenai adanya penyadapan atau transkrip percakapan telepon itu. Yang mereka maksudkan dengan bukti percakapan itu adalah pemberitaan di media Liputan6.com, dan di Majalah Tempo.
Tetapi, SBY tetap bersikeras mengenai adanya penyadapan itu, lalu meminta Ahok menyerahkan transkrip yang sesungguh tidak pernah disebut Ahok itu.
Mega skandal Watergate yang pernah terjadi di pilpres Amerika Serikat di era 1970-an, yang melibatkan Presiden Richard Nixon pun disinggung-singgung dengan sangat serius. Seolah-olah skandal seperti itu sedang terjadi di Indonesia kini, dengan Jokowi berada pada posisi Nixon.
Aneh tapi nyata, tidak ada yang bilang ada penyadapan, transkrip atau apapun yang sejenis dengan itu, tetapi SBY tetap ngotot seolah-olah Ahok telah mengatakan adanya penyadapan dan punya transkirpnya. Dari hasil kesimpulan sendirinya itu, ia pun mendesak Polri, BIN, sampai Presiden Jokowi harus menjelaskan kepadanya tentang penyadapan yang sesungguhnya berdasarkan ilusinya itu.