Sikap Ridwan Kamil tersebut, sebenarnya tidak lepas dari pengalaman dia dalam menghadapi kemunafikan ormas-ormas intoleran pemakai atribut keagamaan untuk melancarkan pemaksaan kehendak-kehendak mereka.
Di dalam salah satu acara Mata Najwa,Metro TV, Ridwan pernah bercerita mengenai pengalaman dia menghadapi ormas intoleran yang memprovokasi warga menolak pendirian sebuah gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di suatu wilayah di kota Bandung, dengan alasan gereja HKBP itu didirikan dengan tujuan hendak melakukan Kristenisasi di kawasan tersebut.
Ternyata, setelah Ridwan mencari tahu sendiri, gereja HKBP itu tak mungkin melakukan Kristenisasi, karena semua gereja HKBP bersifat eksklusif, yakni hanya khusus menerima jemaat Kristen dari orang-orang suku Batak.
Tawaran Simpatik Pemkot Bandung yang Ditolak Gereja
Yang tak diungkapkan Ridwan Kamil di pidatonya itu adalah bahwa – sesuai dengan informasi dari sumber berita yang layak dipercaya -- sebagai bentuk penyesalan dan pertanggungjawababnya sebagai Wali Kota Bandung, selain menawarkan kegiatan ibadah pengganti tersebut, Pemkot Bandung juga menawarkan kepada Panitia KKR agar Pemkot-lah yang membayar seluruh biaya sewa Gedung Sabuga yang jumlahnya sekitar Rp. 300 juta itu. Sehingga demikian pihak Gereja tidak perlu mengeluarkan biaya sewa gedung lagi, setelah pada 6 Desember lalu sudah membayar, tetapi tidak bisa digunakan akibat dari kasus intoleran tersebut.
Namun tawaran yang sangat simpatik dari Ridwan Kamil tersebut ditolak secara halus oleh pihak Gereja. Mereka tetap ingin membayar sendiri biaya sewa gedung itu, dan bahkan telah menyatakan, seluruh uang persembahan dari ibadah KKR Natal 2016, pada 23 Desember 2016 itu, akan disumbangkan kepada pengungsi gempa bumi di Pidie, Aceh.
Teladan Cinta Kasih “Natal” dari Ridwan Kamil
Sesungguhnya, sikap kepimpinan nan adil dan bijaksana dari Ridwan Kamil tersebut di atas hanya mungkin terjadi pada diri seorang pimpinan yang pada dasarnya memang punya rasa cinta kasih yang dalam terhadap sesamanya manusia.
Tanpa ada dasar cinta kasih kepada sesama manusia, dalam hal ini cinta kasih kepada rakyat Bandung tanpa memandang asal-usulnya, agamanya, suku bangsanya, dan lain-lain, tak mungkin Ridwan akan bersikap adil dan bijaksana seperti itu.
Jika tak punya dasar cinta kasih itu, maka besar kemungkinan Ridwan Kamil justru akan berada pada posisi yang cenderung berpihak kepada ormas intoleran seperti PAS itu, setidaknya ia akan takut untuk berbuat adil, dan memilih dikendalikan oleh ormas seperti itu daripada dikendalikan oleh hati nuraninya.
Hal itu tercermin pula pada pidatonya itu. Di pidatonya itu, Ridwan menjelaskan mengenai ajaran Islam tentang cinta kasih yang diyakininya, yakni: Cinta kasih kepada Tuhan dan cinta kasih terhadap sesama manusia.