Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Museum Surabaya yang Menempati Gedung Bersejarah

17 Oktober 2016   08:58 Diperbarui: 4 April 2017   18:08 4267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Risma bantu bersih-bersih teras Gedung SIOLA untuk persiapan pembukaan Museum Surabaya (Sumber: Tempo.co)

(Foto: Penulis)
(Foto: Penulis)
Brankas kuno dengan lambang Kerajaan Belanda  (dua singa memegang sebuah perisai bergambar singa dengan pedang terhunus) yang sudah ada sejak 1900. Di brankas inilah ditemukan beberapa lembar uang dan koin zaman Belanda, yang juga dipamerkan di Museum Surabaya:

(Foto: Penulis)
(Foto: Penulis)
(Foto: Penulis)
(Foto: Penulis)
Mesin ketik dan mesin stensil yang digunakan di Balai Kota Surabaya di masa tahun 1960-an - 1980-an:

Mesin ketik dan stensil (Foto: Penulis)
Mesin ketik dan stensil (Foto: Penulis)
Dua buah becak: putih (becak siang), dan biru (becak malam), dan Bemo (Bajaj).

BEMO, mulai beroperasi di Surabaya pada 1962. Tujuaan diadakan kendaraan beroda 3 ini sebenarnya untuk menggantikan becak, tetapi malah kehilangan pamornya di tahun 1970-an, akhirnya menghilang dari Surabaya. 

(Foto: Penulis)
(Foto: Penulis)
ANGGUNA (angkutan serba guna):

Kendaaran yang dimodifikasi dari Mitsubishi L300 pick-up dicat kuning ini merupakan angkutan umum khas Surabaya, karena tidak ditemukan di kota lain di Indonesia. Didesain dengan tempat duduk penumpang dua baris berjajar depan-belakang, dengan menyisakan ruang bagi di bagian belakang dalam wujud bak terbuka mirip pick-up.

Angguna pertama kali beroperasi di Surabaya pada 1980-an, dan sempat menjadi angkot favorit warga Surabaya, karena bisa ditawar-tawar harganya. Angguna melayani penumpang berdasarkan tarif yang disepakati. Kalah bersaing dengan angkutan umum lainnya, Angguna tamat riawayatnya pada 2013-2014:

Angguna (Foto: Penulis)
Angguna (Foto: Penulis)
Museum Surabaya juga dilengkapi dengan koleksi perlengkapan tarian khas Jawa, Jaranan ("kuda lumping"), dan perlengkapan Wayang Potehi dan Wayang Kulit.

Wayang Potehi adalah kesenian wayang dari daratan Tiongkok Selatan yang dibawa oleh para pendatang dari sana ke Tanah Jawa, dan kini telah menjadi bagian dari budaya/kesenian Indonesia, berpadu dan beradaptasiu dengan seni serupa di Jawa.

Perlengkapan Wayang Potehi (kiri) dan Wayang Kulit (kanan) (Foto: Penulis)
Perlengkapan Wayang Potehi (kiri) dan Wayang Kulit (kanan) (Foto: Penulis)
Museum Surabaya juga memamerkan puluhan foto Surabaya di zaman Belanda, di antaranya adalah foto kawasan pecinan Kembang Jepun di tahun 1931, yang di kala itu bernama Handelstraat, atau Jalan Perniagaan, dengan gapura khas Tionghoa-nya. Diberi nama Haglestraat dengan gapura berarsitektur Tionghoa itu dikarenakandi situlah pusat perdagangan grosir etnis Tionghoa, yang sampai dengan sekarng masih seperti itu. 

Saat Jepang menjajah, kawasan ini menjadi terkenal dengan sebutan “kembang Jepun”, karena banyak teman-teman wanita (“kembang”) Jepang (Jepun) yang tinggal di kawasan itu. Dari sinilah berasal nama Jalan Kembang Jepun, sampai sekarang. Di kawasan ini masih terdapat beberapa toko yang sudah ada sejak zaman Belanda ketika foto ini dibuat, di antaranya adalah Rumah Makan "Kiet Wan Kie."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun