Hasilnya, dari 4 – 12 Agustus, suara yang menghendaki Bu Risma tetap memimpin Surabaya sangat jauh memimpin, 104 komentar menghendaki Bu Risma tetap di Surabaya, dan hanya 9 komentar yang merelakan Bu Risma ikut bertarung di pilgub DKI 2017.
Sedangkan menurut Redaksi Jawa Pos, komentar yang masuk ke Redaksi dari 3 – 8 Agustus 2016, berjumlah 534 komentar. Dari jumlah itu 494 atau 92 persennya menghendaki Bu Risma tetap di Surabaya, dan hanya 40 komentar yang setuju Bu Risma ke DKI.
Dari aspirasi mayoritas warga Surabaya sebagaimana tersebut di atas, masihkah ada pihak-pihak, termasuk DPP PDIP yang terus mendesak Bu Risma untuk ikut pilgub DKI yang belum tentu bisa dimenangkannya itu?
Bu Risma sendiri tampak sekali tidak punya passion untuk memimpin di Jakarta, namun kenapa terus dipaksakan?
Ada beberapa petinggi PDIP yang mengatakan, meskipun Bu Risma sudah berkali-kali menolak, tetapi jika diperintahkan partai, maka ia harus patuh. Pernyataan seperti ini tentu saja mengabaikan aspirasi warga Surabaya, sekaligus juga menyatakan seolah-olah setiap kader parpol itu berwujud seperti robot saja, yang tidak punya hati sebagai manusia, tidak boleh mendengar hati nuraninya sendiri. *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H