Bu Risma bersalaman dengan mereka satu per satu, beberapa saat kemudian, beberapa murid perempuan menangis saat bersalaman dengan Bu Risma. Mereka menangis, meminta Bu Risma jangan ke Jakarta (untuk ikut pilgub).
Salah satu dari mereka bernama Emilia Ilmi, yang terlihat paling sedih, ia menangis sampai terdengar suaranya, Bu Risma merangkulnya dengan penuh kasih sayang seperti anaknya sendiri.
“Ibu jangan ke Jakarta, ... pokoknya jangan, tidak boleh ke Jakarta... di sini ae,” kata Emilia sambil sesunggukan di pelukan Bu Risma, air matanya pun mengalir deras di pipinya.
Bu Risma pun berkali-kali berjanji kepada Emilia dan kawan-kawannya itu bahwa ia memang tidak akan ke Jakarta, "Enggak boleh nangis, ndak ya. Enggak ada yang ke Jakarta. Siapa yang ke Jakarta? Enggak ada yang ke Jakarta. Ayo gembira semuanya, kalau di sekolah harus bergembira," katanya sambil menepuk-nepuk bahu Emilia.
Emilia masih menangis saat sudah tidak bersama Bu Risma lagi, dan ketika diwawancarai wartawan.
Bu Risma sendiri mengkonfirmasikan bahwa ia memang sejak awal bertekad tetap di Surabaya. Kalau dikatakan DKI membutuhkannya, Bu Risma menjawab, Surabaya juga membutuhkan dia.
Nah, dari dua tangisan, Anda lebih percaya air mata siapakah yang asli, yang keluar dari lubuk hatinya yang terdalam?
Apakah air mata Neno Warisman atau air mata siswi SD yang bernama Emilia itu?
Seorang netizen bernama Muhammad Guntur Romli mencoba mengadakan polling di akun Twitter-nya, hasilnya sampai dengan kemarin dari 1.060 pemberi suara, 93 persen menyatakan lebih percaya Emilia, dan 7 persen menyatakan lebih percaya Neno Warisman.
Di koran Jawa Pos, sejak 3 Agustus lalu, juga diadakan polling berupa komentar pembaca untuk mengetahui aspirasi warga Surabaya terhadap pro-kontra Bu Risma sebaiknya ke DKI (ikut pilgub) ataukah tetap di Surabaya saja, yang mulai dimuat hasilnya di Jawa Pos edisi 4 Agustus 2016.