Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Air Mata Neno Warisman dan Air Mata Emilia (Murid SD)

12 Agustus 2016   09:32 Diperbarui: 12 Agustus 2016   12:14 3933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Senin, 1 Agustus 2016 lalu, dipimpin oleh ketuanya, Neno Warisman, komunitas Jakarta Love Risma (Jaklovers) secara khusus datang ke Surabaya dengan maksud bisa secara langsung meminta Bu Risma bersedia dicalonkan di pilgub DKI Jakarta 2017, sekalian meminta warga Surabaya yang sangat mencintai wali kotanya itu legowo melepaskan Bu Risma.

Namun kedatangan mereka itu hanya disambut oleh segelintir warga Surabaya, sedangkan Bu Risma sendiri enggan menanggapi kedatangan Jaklovers itu. Alasannya, ia ingin tetap fokus menjalankan tugasnya di Surabaya.

Bu Risma juga mengatakan belum pernah menemui anggota Jaklovers secara langsung, dan juga belum ada keinginan untuk bertemu dengan mereka.

''Yo temonono dewe ae (Kamu temani saja sendiri),'' kata Bu Risma kepada wartawan yang menanyakan kepadanya, apakah akan menemui komunitas Jaklovers yang sudah datang dari Jakarta itu (1/8/2016).

Bersama segelintir warga Surabaya yang bergabung di komunitas bernama Aliansi Pemuda Surabaya, Jaklovers mengadakan acara diskusi, yang pada intinya menyatakan mereka sangat mencintai Bu Risma, Bu Risma cocok memimpin Jakarta, dan seterusnya.

Pada kesempatan itu Neno Warisman yang juga aktris peran senior itu pun berpidato dengan gaya yang dramatisir. Dia bilang, Bu Risma adalah sosok pemimpin yang bekerja sepenuh hati, sepenuhnya untuk kepentingan rakyat.

"Saya lihat di televisi, dan di berbagai media, saya yakin apa yang dilakukan Bu Risma adalah pekerjaan dengan hati, bukan untuk kepentingan tertentu... Ini sungguhan, bukan main drama. Saya kalau di dunia nyata tidak bisa main drama," katanya dengan suara bergetar, air matanya pun mengalir dari sepasang matanya. Neno Warisman menangis.

Wah, kita patut kaget juga, karena baru tahu sekarang, ternyata Neno Warisman sangat mencintai Bu Risma. Dia bilang, Bu Risma bekerja dengan hati, bukan untuk kepentingan tertentu, tetapi apakah dia bersama Jaklovers-nya sendiri seperti itu, saat meminta Bu Risma bersedia dicalonkan sebagai gubernur DKI Jakarta, apakah Neno Warisman juga tidak punya kepentingan politik apapun?

Entahlah, tetapi yang jelas Neno Warisman dan banyak anggota Jaklovers itu ternyata adalah kader dan simpatisan berat Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Di pemilu-pemilu sebelumnya Neno juga adalah juru kampanye dari PKS. Demikian juga dengan Aliansi Pemuda Surabaya, yang dipimpin oleh Imam Budi Utomo, ternyata juga adalah kader PKS sejati.

Berpidato dengan dramatisir sambil berderai air mata seperti itu jelas bukan sesuatu yang sulit bagi seorang aktris peran senior seperti dia.

Sepuluh hari kemudian, Kamis, 11 Agustus 2016 kemarin, Bu Risma mengunjungi Sekolah Dasar Sumberejo II di Kecamatan Pakal, Surabaya. Ia pun langsung dielu-elukan oleh seluruh murid Sekolah Dasar itu, “Bu Risma, Bu Risma....!” teriak pelajar-pelajar cilik itu.

Bu Risma bersalaman dengan mereka satu per satu, beberapa saat kemudian, beberapa murid perempuan menangis saat bersalaman dengan Bu Risma. Mereka menangis, meminta Bu Risma jangan ke Jakarta (untuk ikut pilgub).

Salah satu dari mereka bernama Emilia Ilmi, yang terlihat paling sedih, ia menangis sampai terdengar suaranya, Bu Risma merangkulnya dengan penuh kasih sayang seperti anaknya sendiri.

“Ibu jangan ke Jakarta, ... pokoknya jangan, tidak boleh ke Jakarta... di sini ae,” kata Emilia sambil sesunggukan di pelukan Bu Risma, air matanya pun mengalir deras di pipinya.

Bu Risma pun berkali-kali berjanji kepada Emilia dan kawan-kawannya itu bahwa ia memang tidak akan ke Jakarta, "Enggak boleh nangis, ndak ya. Enggak ada yang ke Jakarta. Siapa yang ke Jakarta? Enggak ada yang ke Jakarta. Ayo gembira semuanya, kalau di sekolah harus bergembira," katanya sambil menepuk-nepuk bahu Emilia.

Emilia masih menangis saat sudah tidak bersama Bu Risma lagi, dan ketika diwawancarai wartawan.

Bu Risma sendiri mengkonfirmasikan bahwa ia memang sejak awal bertekad tetap di Surabaya. Kalau dikatakan DKI membutuhkannya, Bu Risma menjawab, Surabaya juga membutuhkan dia.

Nah, dari dua tangisan, Anda lebih percaya air mata siapakah yang asli, yang keluar dari lubuk hatinya yang terdalam?

Apakah air mata Neno Warisman atau air mata siswi SD yang bernama Emilia itu?

Seorang netizen bernama Muhammad Guntur Romli mencoba mengadakan polling di akun Twitter-nya, hasilnya sampai dengan kemarin dari 1.060 pemberi suara, 93 persen menyatakan lebih percaya Emilia, dan 7 persen menyatakan lebih percaya Neno Warisman.

polling-twitter-57ad2ca3379373b409a42a26.png
polling-twitter-57ad2ca3379373b409a42a26.png
Saya pun bertanya-tanya, bagaimana bisa, ya, suara 7 persen itu bisa lebih percaya Neno Warisman, apalagi dengan latar belakang politiknya tersebut di atas, dibandingkan dengan seorang siswi SD seperti Emilia yang sudah pasti masih polos pemikiran dan motivasinya. 

Di koran Jawa Pos, sejak 3 Agustus lalu, juga diadakan polling berupa komentar pembaca untuk mengetahui aspirasi warga Surabaya terhadap pro-kontra Bu Risma sebaiknya ke DKI (ikut pilgub) ataukah tetap di Surabaya saja, yang mulai dimuat hasilnya di Jawa Pos edisi 4 Agustus 2016.

Hasilnya, dari 4 – 12 Agustus, suara yang menghendaki Bu Risma tetap memimpin Surabaya sangat jauh memimpin, 104 komentar menghendaki Bu Risma tetap di Surabaya, dan hanya 9 komentar yang merelakan Bu Risma ikut bertarung di pilgub DKI 2017.

Sedangkan menurut Redaksi Jawa Pos, komentar yang masuk ke Redaksi dari 3 – 8 Agustus 2016, berjumlah 534 komentar. Dari jumlah itu 494 atau 92 persennya menghendaki Bu Risma tetap di Surabaya, dan hanya 40 komentar yang setuju Bu Risma ke DKI.

Dari aspirasi mayoritas warga Surabaya sebagaimana tersebut di atas, masihkah ada pihak-pihak, termasuk DPP PDIP yang terus mendesak Bu Risma untuk ikut pilgub DKI yang belum tentu bisa dimenangkannya itu?

Bu Risma sendiri tampak sekali tidak punya passion untuk memimpin di Jakarta, namun kenapa terus dipaksakan?

Ada beberapa petinggi PDIP yang mengatakan, meskipun Bu Risma sudah berkali-kali menolak, tetapi jika diperintahkan partai, maka ia harus patuh. Pernyataan seperti ini tentu saja mengabaikan aspirasi warga Surabaya, sekaligus juga menyatakan seolah-olah setiap kader parpol itu berwujud seperti robot saja, yang tidak punya hati sebagai manusia, tidak boleh mendengar hati nuraninya sendiri. *****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun