Indikasinya ada.
Setelah pernyataan Sekretaris DPD PDIP DKI Prasetyo Edi Marsudi yang juga Ketua DPRD DKI yang mengatakan Ahok telah melakukan deparpolisasi dengan putusannya ikut jalur independen itu membuat heboh dunia politik Indonesia, PDIP DKI pun buruh-buruh mengklarifikasi ucapan Praseyo itu.
Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Boy Sadikin meminta maaf atas ucapan  Prasetio Edi Marsudi itu.  Menurut dia, pernyataan Prasetio kurang tepat dan tidak mewakili partai.
"Saya minta maaf kalau ada kader kami begitu. Kenapa sih menjadi seperti seram sekali soal calon independen? Itu kan biasa-biasa saja. Kenapa seperti kebakaran jenggot," ujar Boy di kediamannya, Jumat (11/3/2016) (sumber).
Tak lama kemudian keluar surat edaran dari DPP PDIP, yang menyatakan PDIP tetap mendukung Ahok dan Djarot sampai dengan masa bakti mereka berakhir pada Oktober 2017. Juga diserukan kepada semua kader PDIP agar jangan membuat kegaduhan politik sepanjang menjelang Pilkada DKI Jakarta itu.
Dapat diduga diterbitkan surat edaran itu, sebagai pertanda PDIP masih memberi peluang untuk ikut mendukung Ahok di saat-saat akhir menjelang.
Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan, instruksi dalam surat tersebut harus dibaca dalam rangka menegaskan posisi partainya kepada Ahok. "Tujuan surat untuk meluruskan komitmen PDIP," kata Hendrawan Supratikno ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta, Minggu (12/3).
Hendrawan mengatakan, instruksi tersebut bukan untuk menarik dukungan kepada Ahok. Malah, kata dia, terdapat kesamaan antara idealisme Ahok, kerja TemanAhok dengan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri ini.
"Yang jelas dalam banyak hal, kerja-kerja Ahok merupakan kalibrasi ideologis PDIP. Basis ideologis dan sosiologis Teman Ahok memiliki kesamaan dengan basis ideologis-sosiologis PDIP," jelas dia.
Pernyataan PDIP ini sungguh berbanding terbalik 180 derajat dengan pengamat sok tahu yang bernama Tjipta Lesmana sebagaiman sudah diuraikan di atas.
Â