Pada saat itulah, Tjipta Lesmana dan kawan-kawannya itu yang akan keplek-keplek.
Itulah yang terjadi, jika yang mengaku sebagai pakar komunikasi mau menjadi pakar politik juga.
Pengamat politik dari LIPI, Ikrar Nusa Bhakti, di acara Mata Najwa itu, berkata, ada dua mantan menteri yang berencana menantang Ahok di pilkada DKI 2017 itu (Yusril Ihza Mahendra dan Adhyaksa Dault), tetapi menurutnya menjadi menteri tidak sama dengan menjadi gubernur (DKI Jakarta). Menjadi menteri itu lebih gampang daripada menjadi gubernur (DKI Jakarta).
“Kalau menjadi menteri, kan yang diurusi itu bagaimana sekjen-nya, bagaimana birokratnya, sedangkan menjadi gubernur bukan birokrat lokal saja, tetapi ada pemerintah pusat di situ, ada DPRD, belum lagi DPRD yang mau cawi-cawi ikut dalam politik Jakarta. Jadi, menjadi gubernur DKI Jakarta itu jauh lebih sulit daripada menjadi menteri, menurut saya. Karena rakyat Jakarta juga menjadi bagian yang diperhitungkan untuk akuntabilitas politik dia.”
Tjipta Lesmana Merasa Lebih Tahu tentang Ahok-Mega daripada Ahok-Mega Sendiri
Kembali mengenai hubungan antara Ahok dengan Megawati, setelah Ahok mengumumkan dia ikut Teman Ahok di jalur independen itu.
Tjipta Lesmana yang merasa seolah-olah dirinya lebih tahu daripada Ahok dan Megawati sendiri tentang hubungan mereka berdua itu, sudah dengan jelas-jelas mengatakan hubungan keduanya menjadi sangat buruk, gara-gara Ahok "si anak durhaka." Megawati marah besar kepada Ahok, karena menilai Ahok kurang ajar, tidak tahu balas budi, dan sebagainya. Sedangkan Ahok, kata dia, mulai menjaga jarak dengan Megawati. Saat duduk berdampingan saja, Ahok mencondongkan dirinya ke samping menjauh dari Megawati.
Pernyataan orang yang mengaku sebagai pakar komunikasi itu juga seolah-olah dia lebih tahu sikap PDIP terhadap Ahok, daripada PDIP sendiri.
Faktanya, kedua orang itu sendiri tidak merasakan seperti penghakiman Tjipta Lesmana itu.
Seperti yang saya sebutkan di atas, jika benar Megawati sangat marah kepada Ahok, menganggapnya sangat kurang ajar, durhaka, dan sebagainya itu, gara-gara Ahok memilih jalur independen, maka tidak mungkin dia mau bertemu dengan Ahok, apalagi sampai dua kali, dan berbincang-bincang dengannya, pakai acara makan bakso segala.
Sebelum pertemuan di rumah Megawati itu, Ahok juga sudah bertemu dengan Megawati, saat keduanya menghadiri acara Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Konferensi Islam (KTT OKI), Senin, 7 Maret 2016. Pada kesempatan itu pula, Ahok menjelaskan posisinya yang serba dilematis itu kepada Megawati: Harus segera memnentukan pilihan ikut Teman Ahok, atau menunggu kepastian usungan PDIP kepadanya.
Ahok menceritakan pertemuannya itu dengan Megawati kepada sejumlah wartawan di Balai Kota. Menurut Ahok, pada prinsipnya Megawati bisa memaklumi posisinya. Mega juga tak mau Teman Ahok sebagai representasi suara anak-anak muda Jakarta dikeceewakan.