Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Tjipta Lesmana Merasa Lebih Tahu daripada Ahok dan Megawati

17 Maret 2016   15:14 Diperbarui: 4 April 2017   17:52 9371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jadi, ini masalah komunikasi juga.”

“Ahok kan sebetulnya sudah lobi-lobi. Hubungan pribadi Pak Ahok dengan Bu Mega sangat bagus sekali, hubungan pribadi. Nah, saat-saat terakhir, saya kan orang komunikasi, Pak Karni, saya perhatikan, posisi duduk Ahok, Ahok sudah begini, Bung Karni (sambil memperagakan cara Ahok yang duduk di samping Megawati dengan posisi memiringkan tubuh ke samping menjauhi Megawati).”

“Bu Mega masih diam saja, memang tipikal Bu Mega itu, diam, diam, diam. Seorang pemimpin, apalagi seorang negarawan, pada saat tertentu, dia harusspeak-up, harus, tetap Bu Mega lebih suka menggunakan bahasa tubuh, tidakspeak, tidakngomongbegitu,lho, Ahok rupanya sudahnggaksabar. Nah, saya ini,nggak taukenapa, Ahok ini seperti dikejar-dikejar. Saya khawatir, Ahok itu dikejar-kejar, ditekan oleh rombongan dari teman kita itu. Yang Teman Ahok itu, mereka jugapressure, Pak Karni.”

“ ‘Ee, kami sudah kerja keras, nih, kapan deklarasi, kapan deklarasi?!” Jadi kemungkinan adapressurejuga, nah, di tengah-tengah itulah, lalu dideklarasikan, ditinggalkan PDIP. ...”

[caption caption="."]

[/caption]Selanjutnya, Tjipta juga menilai Heru Budi Hartono, yang dipilih Ahok untuk mendampinginya di PIlkada DKI 2017. Tjipta bilang, ia sama sekali tidak tahu siapa itu Heru, oleh karena itu Ahok sangat keliru memilih Heru, Heru merupakan pasangan Ahok yang sangat lemah, katanya. Padahal, justru pengetahuannyalah yang lemah tentang Heru. Seenak saja menilai enteng orang lain, sembari meninggikan dirinya sendiri sebagai seorang pakar komunikasi yang hebat.  

Heru Budi Hartono yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan Aset dan Daerah (BPKAD) Pemprov DKI Jakarta itu sudah sejak 2013 merupakan salah orang pilihan dan andalan Jokowi bersama Ahok.

Ketika masih sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi-lah yang menarik Heru, yang ketika itu adalah Kepala Bagian Prasarana dan Sarana Perkotaan Kota Jakarta Utara untuk bergabung dengan tim kerjanya di Balai Kota, dengan kedudukan sebagai Kepala Biro Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri, lalu diangkat menjadi Wali Kota Jakarta Utara, setelah itu dipercaya Ahok sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan Aset dan Daerah Pemprov DKI, yang mengelola APBD DKI sejumlahlebih dari Rp. 70 triliun

Tjipta juga membandingkan Ahok dengan Yusril Ihza Mahendra, sembari memuji-muji kehebatan Yusril di bidang hukum, dengan prestasinya memenangkan kasus-kasus hukum besar. Seolah-olah mengurus kasus hukum itu bisa dibandingkan dengan mengurus sebuah provinsi, apalagi sekelas Ibu Kota dengan sekitar 70.000 PNS, dan rakyatnya sebanyak 12 jutaan jiwa, dengan berbagai persoalan nan pelik mulai dari masalah birokrasi, sosial, politik, ekonomi, maupun hukum.

Tjipta lupa bagaimana gagal totalnya Yusril untuk hanya mengurus sebuah partai politik sekecil Partai Bulan Bintang (PBB) itu, sehingga untuk mendapatkan cuma satu kursi di parlemen pun tidak mampu.

Tjipta juga menyatakan dirinya yakin seyakin-yakinnya Yusril akan dengan mudah mengalahkan Ahok dengan menggunakan senjata kasus hukum yang sedang menjerat Ahok, yaitu kasus pembelian Rumah Sakit Sumber Waras. Yusril akan menohok telak Ahok dengan kasus hukum itu, dan, "Saya yakin seyakin-yakinnya Ahok akan langsung keplek, keplek," katanya, yang disambut tertawa riang para lawan Ahok yang menguasai arena LCI itu.

Padahal sampai dengan kemarin (16/3), KPK sudah dua kali mengatakan belum ditemukan indikasi adanya tindak pidana korupsi di pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras itu. Saya yang yakin, hanya tinggal tunggu waktunya saja, keluar pernyataan final KPK, KPK memutuskan menghentikan penyelidikan kasus Sumber Waras, karena tidak ditemukan  bukti kasus korupsinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun