Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Tjipta Lesmana Merasa Lebih Tahu daripada Ahok dan Megawati

17 Maret 2016   15:14 Diperbarui: 4 April 2017   17:52 9371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahok berkata kepada Megawati, dia dan Teman Ahok berharap, Mega mau merelakan Djarot maju sebagai calon wakilnya Ahok, dengan harapan PDIP juga mau memutuskan, apakah mau mengusung atau mendukung Ahok. Tetapi, Megawati menjawab bahwa semua itu memerlukan waktu dan ada mekanisme partai yang harus ditaati.

Ahok memang berada di posisi yang dilematis, sebagaimana dia sudah jelaskan berkali-kali. Sebenarnya, tanpa dijelaskan pun kita seharusnya mengerti.

Batas waktu pendaftaran calon independen itu adalah Juli 2016, sedangkan Teman Ahok masih memerlukan perjuangan keras untuk terus mengumpulkan KTP dukungan terhadap Ahok, agar terpenuhi syarat target minimal 1 juta untuk memastikan amannya posisi Ahok nantinya. Pendafatarn calon independen itu juga masih harus melalui proses verifikasi semua KTP itu satu per satu oleh KPU DKI.

Sedangkan jika Ahok belum juga mengambil keputusannya, dan masih menunggu kepastian usungan dari  dari parpol, terutama PDIP, sampai batas waktu yang tidak memungkinkan lagi bagi Teman Ahok melakukan pendaftaran dengan berbagai persyaratan berat, di antaranya proses verisikasi KTP itu, bagaimana jika ternyata PDIP berubah pikiran, dan batal mengusung Ahok?

Jika itu yang terjadi, maka Ahok pasti kalah sebelum bertarung. Karena ia tak mungkin lagi bisa maju di Pilkada DKI 2017, karena peluang di jalur independen sudah tertutup, dan ternyata, PDIP batal mengsungnya. “Mengharapkan hujan di langit, air di tempayan dicurahkan.” Mengharapkan partai (PDIP) mendukungnya, kesempatan maju di jalur independen di lepas, ternyata parpol tak jadi mengusungnya.

Itulah alasan sebenarnya Teman Ahok mendesak Ahok agar sesegera mungkin ambil keputusannya tentang jadi ikut mereka, ataukah ikut parpol (PDIP). Sedangkan PDI sebagai sebuah parpol mempunyai proses dan mekanisme yang relatif lama.

Ahok akhirnya memutuskan ikut Teman Ahok, karena ia tidak ingin Teman Ahok pada khususnya, warga DKI Jakarta, dan rakyat pada umumnya kehilangan kepercayaan kepadanya.

"Saya lebih baik tidak jadi gubernur, tetapi dipercaya, daripada jadi gubernur, tetapi tidak lagi dipercaya!"  Ahok menyebut prinsipnya itu di di acara Mata Najwa itu.

PDIP Masih membuka Peluang Mendukung Ahok

Wakil Sekjen DPP PDIP, Erico Sotarduga mempertegas kebenaran bahwa  setelah Ahok memutuskan memilih jalur independen di Pilkada DKI 2017, hubungan Ahok dengan Megawati tetap tidak berubah. Tetap sangat harmonis, bahkan kata dia, hubungan kedua tokoh itu, seperti hubungan ibu dengan anaknya saja.

"Hubungan itu lebih ke kekeluargaan. Hubungannya masih sangat baik. Kami rasa tidak ada apa-apa dengan pilihan Ahok melalui jalur independen," ujar Erico di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (12/3) (sumber).

Lebih jauh lagi, bukan tak mungkin pada saat-saat terakhir, PDIP akan mengumumkan mereka mendukung Ahok maju di Pilkada DKI 2017, mengikuti jejaknya Partai NasDem dan Hanura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun