“Jadi, ini masalah komunikasi juga.”
“Ahok kan sebetulnya sudah lobi-lobi. Hubungan pribadi Pak Ahok dengan Bu Mega sangat bagus sekali, hubungan pribadi. Nah, saat-saat terakhir, saya kan orang komunikasi, Pak Karni, saya perhatikan, posisi duduk Ahok, Ahok sudah begini, Bung Karni (sambil memperagakan cara Ahok yang duduk di samping Megawati dengan posisi memiringkan tubuh ke samping menjauhi Megawati).”
“Bu Mega masih diam saja, memang tipikal Bu Mega itu, diam, diam, diam. Seorang pemimpin, apalagi seorang negarawan, pada saat tertentu, dia harusspeak-up, harus, tetap Bu Mega lebih suka menggunakan bahasa tubuh, tidakspeak, tidakngomongbegitu,lho, Ahok rupanya sudahnggaksabar. Nah, saya ini,nggak taukenapa, Ahok ini seperti dikejar-dikejar. Saya khawatir, Ahok itu dikejar-kejar, ditekan oleh rombongan dari teman kita itu. Yang Teman Ahok itu, mereka jugapressure, Pak Karni.”
“ ‘Ee, kami sudah kerja keras, nih, kapan deklarasi, kapan deklarasi?!” Jadi kemungkinan adapressurejuga, nah, di tengah-tengah itulah, lalu dideklarasikan, ditinggalkan PDIP. ...”
[caption caption="."]
Heru Budi Hartono yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan Aset dan Daerah (BPKAD) Pemprov DKI Jakarta itu sudah sejak 2013 merupakan salah orang pilihan dan andalan Jokowi bersama Ahok.
Ketika masih sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi-lah yang menarik Heru, yang ketika itu adalah Kepala Bagian Prasarana dan Sarana Perkotaan Kota Jakarta Utara untuk bergabung dengan tim kerjanya di Balai Kota, dengan kedudukan sebagai Kepala Biro Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri, lalu diangkat menjadi Wali Kota Jakarta Utara, setelah itu dipercaya Ahok sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan Aset dan Daerah Pemprov DKI, yang mengelola APBD DKI sejumlahlebih dari Rp. 70 triliun
Tjipta juga membandingkan Ahok dengan Yusril Ihza Mahendra, sembari memuji-muji kehebatan Yusril di bidang hukum, dengan prestasinya memenangkan kasus-kasus hukum besar. Seolah-olah mengurus kasus hukum itu bisa dibandingkan dengan mengurus sebuah provinsi, apalagi sekelas Ibu Kota dengan sekitar 70.000 PNS, dan rakyatnya sebanyak 12 jutaan jiwa, dengan berbagai persoalan nan pelik mulai dari masalah birokrasi, sosial, politik, ekonomi, maupun hukum.
Tjipta lupa bagaimana gagal totalnya Yusril untuk hanya mengurus sebuah partai politik sekecil Partai Bulan Bintang (PBB) itu, sehingga untuk mendapatkan cuma satu kursi di parlemen pun tidak mampu.
Tjipta juga menyatakan dirinya yakin seyakin-yakinnya Yusril akan dengan mudah mengalahkan Ahok dengan menggunakan senjata kasus hukum yang sedang menjerat Ahok, yaitu kasus pembelian Rumah Sakit Sumber Waras. Yusril akan menohok telak Ahok dengan kasus hukum itu, dan, "Saya yakin seyakin-yakinnya Ahok akan langsung keplek, keplek," katanya, yang disambut tertawa riang para lawan Ahok yang menguasai arena LCI itu.
Padahal sampai dengan kemarin (16/3), KPK sudah dua kali mengatakan belum ditemukan indikasi adanya tindak pidana korupsi di pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras itu. Saya yang yakin, hanya tinggal tunggu waktunya saja, keluar pernyataan final KPK, KPK memutuskan menghentikan penyelidikan kasus Sumber Waras, karena tidak ditemukan bukti kasus korupsinya.