Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenapa Hanya "Deadpool" yang Dipermasalahkan?

14 Februari 2016   09:40 Diperbarui: 4 Maret 2017   22:00 3493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelaksanaan peraturan ini juga harus disertai dengan sosialisasi dari pihak bioskop dengan cara-cara tertentu yang efektif dan efesien.

Selain itu, seperti biasa, saat ini, bukan hanya Deadpool yang ditonton dengan bebas oleh anak-anak di bawah umur, tetapi juga film berating Dewasa lainnya, yang juga penuh dengan konten kekerasan dan kesadisan, di antaranya adalah The Revenant, yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio dan Tom Hardy, tanpa ada yang mempersoalkannya. Hanya Deadpool yang bikin ramai, seperti sekarang.

Keponakan saya punya sebuah pengalaman saat hendak menonton sebuah film dewasa di sebuah bioskop di Singapura. Saat hendak membeli tiketnya, petugas penjual tiket bertanya kepadanya, siapa yang hendak menonton film itu, Ketika dia menjawab, dia yang mau nonton, petugas itu bertanya, berapa usianya. Demikian juga saat keponakan saya itu hendak masuk bioskop, penjaga pintu menanyakan umurnya, dan meminta ID Card, untuk memastikan keponakan saya yang bertampang “baby face” itu benar sudah dewasa.

Kejadian seperti ini tak pernah terjadi di Indonesia, setidaknya demikianlah pengalaman saya selama ini.

Saya sendiri sudah cukup sering, saat menonton film dengan rating Dewasa, ada juga anak-anak di bawah umur yang ikut menontonnya, baik yang dibawa orangtuanya, maupun bersama teman-temannya. Mereka bisa masuk, tentu karena seizin penjaga pintu bioskop tersebut.

Dan, selama ini pula seolah-olah, itu bukan masalah.

Sekarang, setelah film Deadpool banyak ditonton anak-anak barulah dimasalahkan, ramai dibicarakan di media sosial, psikolog anak pun sampai ikut bicara, bahkan LSF pun ikut mengapresiasi para guru yang meng-broadcast seruan agar orangtua jangan membawa anak-anak di bawah umurnya. 

Padahal kuncinya ada pada pihak bioskop sebagai ujung tombak dari semua proses tersebut. Jika pihak bioskop sungguh-sungguh hendak mengimplementasikan secara konsekuen dan konsisten ketentuan tentang batas umur penonton film sesuai dengan rating yang ditentukan oleh LSF, maka tidak perlu ada lagi ramai-ramai seperti pada kasus Deadpool ini.

Jauh yang lebih penting dari pelaksanaan ketentuan batas usia penonton film di bioskop secara konsekuen dan konsisten itu adalah masyarakat kita menjadi teredukasi untuk selalu menonton film sesuai dengan usianya. *****

Sumber gambar: comingsoon.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun