Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Intel Melayu Itu Ternyata Masih Ada (Intel Melayu di Era Internet)

2 Februari 2016   21:50 Diperbarui: 2 Februari 2016   21:58 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah dengar istilah “Intel Melayu”?

“Intel Melayu” adalah sebutan satire untuk menyindir intel-intel orang Indonesia di zaman dulu, terutama di masa Orde Baru, yang suka memamerkan kepada masyarakat bahwa mereka itu anggota intelijen, padahal sejatinya seorang inteijen itu serapat-rapatnya menyembunyikan identitas sebenarnya sebagai seorang inteijen, keluarga sendiri pun tidak boleh tahu.

Para intel Melayu itu suka pamer, karena merasa dengan semakin banyak orang tahu mereka itu intel, maka meraka merasa semakin hebat, dan ditakuti banyak orang. Cara pamernya, suka mengenakan pakaian yang mencolok mata seperti film-film spy (mata-mata) zaman dahulu, pakai topi, kacamata hitam, jaket kulit hitam, handy talkie, wajah digalak-galakkan, plus pistolnya yang ditonjol-tonjolkan dari balik jaketnya.

Ternyata, di era teknologi informasi (Internet) yang serba canggih ini pun “Intel Melayu” itu masih ada. Setidaknya ada satu orang, yang baru-baru ini memamerkan kepada publik bahwa dia baru saja diangkat sebagai anggota intelijen negara.

Tapi, cara pamernya sudah tidak seperti zaman dahulu kala lagi itu, sesuai dengan zaman yang serba berteknologi internet ini, maka intel Melayu itu pun memanfaatkan kecanggihan teknologi tersebut, tepatnya media sosial.

Nama Intel Melayu itu adalah Banyu Biru, putra sutradara Eros Djarot yang juga politisi senior PDIP. Banyu Biru juga adalah Ketua Umum Komunitas Banteng Muda yang aktif mengampanyekan Jokowi-JK saat Pilpres 2014.

Baru-baru ini, tepatnya 31 Januari 2016, dunia maya dihebohkan dengan tindakannya yang mengunggah Surat Keputusan pengangkatan dirinya sebagai anggota Dewan Informasi Strategis & Kebijakan (DISK) Bidang Politik  Badan Intelijen Negara (BIN) oleh Kepala BIN Sutiyoso, di akun Path miliknya. Masa berlaku Banyu Biru menjadi intel mulai dari 1 Januari 2016 hingga 31 Desember 2016.

Tetapi dunia kini sudah sangat berubah, kalau dahulu kala, masyarakat akan merasa gentar menghadapi pameran Intel Melayu seperti ini, maka sekarang di era Internet ini, pameran Intel Melayu  bernama Banyu Biru itu malah menjadi bahan tertawaan masyarakat, tepatnya para netizen yang ramai-ramai mem-bully-nya: ”Jadi Intel kok ngaku, pakai posting pula`, `Nge-share SK di medsos nggak sekalian di laminating`, 'Pamer SK jadi anggota BIN, duhh Mas Banyu”, demikian salah netizen yang mencela kelakuan Banyu itu di akun Twitter-nya.

"Kalau kongko dengan Banyu Biru harap hati-hati aja ya, jangan ngomong sembarangan, dia itu Intel loh," kicau @Restyies, Minggu (31/1/2016).

"Baguslah ada narsis seperti Banyu Biru itu, jadi rakyat tahu bahwa banyak rekrutan BIN di tengah jalan," @HRivatra.

"Banyu Biru ini mentalnya intel melayu sekelas anak alay." @fauherklots.

Entah apa yang ada di pikiran Banyu Biru ketika dengan bangga dia malah memamerkan profesi yang seharusnya sangat rahasia itu kepada publik, masakan dia tidak tahu yang namanya seorang inteijen itu harus bekerja secara tertutup, diam-diam, dan penuh dengan kerahasiaan, bahkan keluarga sendiri, termasuk isteri dan anak-anak pun tidak boleh tahu pekerjaan sebenarnya itu.

Di Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara, disebutkan salah satu asas penyelenggara negara itu adalah Asas Kerahasiaan

Pasal 2: Asas penyelenggaraan Intelijen meliputi: a. profesionalitas; b. kerahasiaan; c. kompartementasi; d. koordinasi; e. integritas; f. netralitas; g. akuntabilitas; dan h. objektivitas.

 

Bagaimana reaksi Ketua BIN Sutiyoso atas ulah Intel Melayu di era Internet ini?

Tanpa banyak komentar lagi, setelah mengetahui dan menyelidiki kebenaran peristiwa ini, Sutiyoso memutuskan akan segera mencopot Banyu Biru sebagai anggota BIN. "Kita lihat nanti apakah anggota itu capable atau tidak. Banyu Biru dipastikan dicoret, itu makanya kita evaluasi," ujar Sutiyoso (Liputan6.com).

Jadi Intel Melayu Banyu Biru itu hanya sempat menjadi intelijen negara selama sekitar satu bulan. Entah data-data rahasia apa yang sudah diaperoleh untuk negara selama jangka waktu seumur jagung itu.

Sutiyoso patut merasa sangat kecewa dengan ulah Banyu Biru yang memalukan BIN.

Ketika masih sebagai calon Kepala BIN, di acara Berita Satu TV, DBS To the Point: Bang Yos untuk BIN, Sutyoso sempat menyinggung tentang “Intel Melayu”, yang diharapkan, jangan lagi ada di era sekarang. Ternyata, masih ada, justru di era dia yang menjadi Kepala BIN.

Ketika itu di acara Talk Show yang dipandu host Pemimpin Redaksi Berita Satu TV Don Bosco Selamun itu, Sutiyosa antara lain berkata, bukan zamannya lagi kini ada intelijen yang tampil sebagai "intel Melayu" yaitu gaya petugas bertubuh kekar yang kerap menunjukkan kekuasaannya secara kasat mata.

Sutiyoso lalu memeragakan cara intel Melayu dengan pura-pura mengatakan, "Hai Bung, apa kabar?" tapi sambil menunjukkan pistol yang tersembul di balik jaket.

"Model-model begitu tak perlu terjadi lagi lah. Sudah enggak zamannya lagi lah," katanya.

"Intel kita itu harus dijadikan sesuatu yang sejuk, bukan sebaliknya, bukan yang sangar, mengerikan… Tidak bisa menangkap orang sewenang-wenang."

Menurutnya, saat ini yang harus dikuasai oleh intelijen adalah menguasai dunia maya yaitu internet dan teknologi informasi.

"Ini ke depan perkembangan teknologi di dunia maya harus kita imbangi. Tentu dengan SDM yang punya kapasitas, BIN kan bekerja tidak sendiri tapi juga (bekerja) dengan staf ahli dan orang yang expert di bidang itu," ujarnya.

Menurut Sutiyoso, BIN juga harus dilengkapi dengan peralatan yang memadai. "Yang super canggih. Kalau perlu lebih canggih dari yang dipunyai Australia atau Amerika. Karena komunikasi lingkaran istana dari presiden dan pejabat-pejabat lain harus kita protect," katanya (Beritasatu.com).

Nah, pernyataan Sutyoso bahwa seorang intelijen itu harus menguasai dunia maya yaitu internet dan teknologi informasi itulah yang mungkin disalahartikan oleh Banyu Biru, dengan memamerkan SK pengangkatannya sebagai anggota inteijen di dunia maya (Path) itu. Dia lupa, atau mengira, yang namanya intelijen bermental Intel Melayu itu bukan hanya dalam arti suka pamer fisik sebagaimana disebut di awal artikel ini, tetapi juga memamerkankan SK-nya sebagai seorang intelijen di dunia maya. *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun