Pada 21 Januari 2016, Presiden Jokowi mencuitkan pesan lewat akun Twitter-nya:
"Siapapun catut nama saya (keluarga/relawan/pejabat/lainnya), minta jabatan/proyek abaikan saja. Pemerintahan bersih harus dipraktikkan."
Cuitan Presiden itu pun dikicaukan kembali oleh 2.300-an akun Twitter, dan 2.000-an akun lain menyukainya. Tentu saja, mereka yang membaca pesan Presiden jauh lebih banyak lagi karena akun Twitter @jokowi punya 4,2 jutaan pengikut.
Sebelumnya, pada 15 Januari 2016, Jokowi mencuit di Twitter-nya, dengan menulis: Sekarang tidak boleh lagi pemburu rente merusak program pembangunan. Efisiensi prasyarat untuk kita bisa bersaing -Jkw
Kenapa, dan kepada siapa cuitan itu ditujukan?
Koran Kompas, Sabtu, 23/1/2016 menulis: Cuitan Presiden bukan tanpa sebab. Pemerintah tengah memacu kinerja pemerintah yang salah satunya dengan mempercepat pengerjaan proyek.
Presiden Jokowi memerintahkan seluruh kementerian, lembaga negara, dan instansi militer menggelar tender proyek lebih awal agar bisa segera dikerjakan. Sebanyak 1.026 paket infrastruktur pemerintah senilai Rp 25,8 triliun diharapkan segera mendorong pertumbuhan ekonomi pada awal 2016.
Berkait gebrakan ini, tiba-tiba ada orang yang mencatut nama Presiden. Adalah Ju Bun dan Sulaiman, dua orang yang mengaku-aku sebagai staf khusus Presiden Jokowi. Mereka mendatangi sejumlah pihak untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan mencatut nama Presiden. Untungnya, pihak-pihak yang didatangi staf khusus gadungan tersebut segera melapor ke Istana Kepresidenan. *
Orang-orang seperti Ju Bun dan Sulaiman cuma rakyat biasa, beda sangat jauh dengan Ketua DPR (kini mantan) Setya Novanto, yang beberapa waktu lalu, bersama dengan pengusaha perminyakan Muhammad Riza Chalid (kini dalam pelariannya di luar negeri), yang telah mencatut nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat meminta saham kepada Direktur Utama (kini mantan) PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin, sebagai imbalan jasa perantaraan mereka supaya pemerintah mau memperpanjang kontrak karya PT Freeport Indonesia.
Ju Bun dan Sulaiman “hanya” mencontoh apa yang biasa dipraktikkan oleh pejabat-pejabat tinggi negara berkarakter koruptif pemburu rente seperti Setya Novanto, yang sejak awal kasus tersebut terkuak ke publik, malah dilindungi mati-matian oleh banyak sekali anggota DPR, yang nota bene sesungguhnya adalah para anak buah setianya di parlemen.
Munafiknya, ketika diminta komentarnya tentang cuitan Presiden Jokowi itu, beberapa dari mereka, antara lain Junimart Girsang, anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDIP, mengatakan sangat mendukung seruan Presiden itu. Seruan itu sangat, penting, sekaligus juga sebagai peringatan kepada terutama sekali pejabat tinggi negara agar jangan coba-coba mencatut nama Presiden. Padahal, dia justrus merupakan salah satu pembela Setya Novanto, saat kasusnya mulai diusut secara hukum oleh Kejaksaan Agung.