Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik

Begitu Sederhananya Proses Kelahiran Republik Indonesia  

12 Agustus 2015   00:29 Diperbarui: 12 Agustus 2015   00:29 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soekarno menuturkan di buku otobiografinya bahwa naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sangat bersejarah itu hanya ditulis di secarik kertas biasa, yang dia sobek dari sebuah buku tulis seperti yang biasa dipakai anak Sekolah Dasar. Seseorang memberikan buku itu, lalu dia menyobeknya selembar dan menuliskan teks itu.

Pena yang dipakai untuk menulis teks Proklamasi itu pun setelah dipakai entah ada di mana. Soekarno bilang, pena itu juga pena yang dipinjamkan dari seseorang yang berada di situ, ia lupa siapa orang itu. “Aku, yang dihadapkan pada detik besar bersejarah, bahkan tidak ingat darimana datangnya pena yang kupakai. Kukira aku meminjamkan dari seseorang,” kata Soekarno.

Setelah itu, semuanya selesai begitu saja. Tidak ada perayaannya dalam bentuk sekecil dan sesederhana apapun.  “Tidak dengan tiupan terompet yang megah, tidak diiringi paduan merdu dari nyanyian bidadari-bidadari. Tidak ada upacara keagamaan yang khidmat. Tidak ada perwira-perwira berpakaian seragam. Ia tidak diabadikan oleh wartawan jurupotret dan pidato-pidato yang menggairahkan. Ia tidak dimeriahkan oleh para pembesar pakai celana bergaris-garis, pun tidak oleh wanita-wanita cantik berbaju satin dengan perhiasan intan-berlian. Dan pun tempatnya bukanlah ruangan-mahkota dari istana Ratu Juliana,melainkan hanya sebuah kamar depan kecil di sebelah ruangan besar rumah seorang laksamana Jepang,” demikian Soekarno menggambarkan kesederhaaan proses penulisan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia itu.

 

[caption caption="Naskah Proklamasi yang diketik Sayuti Melik (ciricara.com)"]

[/caption]

“Kami pun tidak ‘mengangkat gelas’ untuk keselamatan,” tambah Soekarno, “Sepanjang ingatanku, kalaupun ada minuman yang disediakan, ia hanya berupa air soda panas untuk membangkitkan kembali kekuatan dari segelintir manusia yang sudah tidak karuan dan tidak tidur selama dua hari.”

Ternyata, ketika itu, Soekarno selain seperti kawan-kawannya yang lain kecapekan luar biasa karena kurang tidur, juga sedang menderita sakit Malaria yang cukup parah. Setelah naskah Proklamasi itu selesai dibuat, ia pulang ke rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur 56.

“Badanku mengigil dari kepala sampai ke kaki. Panas badan naik sampai 40. Sekalipun dihinggapi serangan yang hebat ini, aku tidak dapat berbaring. ..."

Soekarno masih memaksakan dirinya untuk menulis berlusin-lusin surat kepada para pemimpin negeri di berbagai daerah, yang berisi mengenai petunjuk mengenai apa yangharus dilakukan setelah nanti pernyataan kemerdekaan Indonesia dibacakan.

Soekarno masih mau melanjutkan menulis surat-surat, tetapi akhirnya ia menyerah kepada letih yang luar biasa itu dan Malaria yang dideritanya. "Badanku tak enak, aku sakit," kata Soekarno kepada istrinya, Fatmawati. Ia masih ingin tetap bekerja, tetapi sakitnya tak bisa diajak kerja sama. Soekarno pun naik di atas ranjangnya. Dokter Soeharto yang menangani kesehatan Soekarno, menutup pintu kamar, melarang siapapun masuk, kecuali Fatmawati.

Sementara di luar sana, rakyat sudah mendengar kabar bahwa Jumat, 17 Agustus 1945 itu juga Bung Karno akan membaca pernyataan kemerdekaan Indonesia. Mereka pun berbondong-bonding dengan berbekal segala macam alat yang bisa dijadikan senjata; sekop, tongkat, parang, golok dan sebagainya, mendatangi rumah Soekarno, di Pegangsan Timur 56. Maksudnya mereka ingin mengamankan rumah itu dan mengawal Soekarno agar keselamatannya tetap terjamin sampai teks Proklamasi itu dibacakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun