Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kerusuhan di Tolikara, Bercermin pada Konsep "Satu Tungku Tiga Batu" di Fakfak

25 Juli 2015   17:26 Diperbarui: 25 Juli 2015   17:26 1999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Achmad Hindom sendiri adalah keponakan dari Simon Bruno Hindom, Ketua Dewan Adat Fakfak. “Marga saya Hindom, saya beragama Katholik, tetapi saudara saya ada yang Muslim, dan ada yang Kristen Protestan...Anak saya ingin kawin dengan anak yang berkeyakinan lain, maka kami harus saling menghormati,” ungkap Simon di Insight Papua, di Metro TV, Agustus 2013.

Kebetulan, baru-baru ini, 19 Juli 2015, artinya dua hari sesudah terjadi kerusuhan di Tolikara, ada sebuah acara keagamaan (misa) di Gereja Katholik Santo Yosep di Distrik Brongkendik, Fakfak. Di dalam acara tersebut turut berpartisipasi tokoh agama Islam dan para remaja Muslim di daerah tersebut (Masjid Kampung Pasir Putih). Mereka berperan aktif mengiringi jalannya prosesi misa dari luar gereja sampai selesai, lengkap dengan busana Muslim dan perangkat musik tifanya yang dimainkan sepanjang jalannya prosesi mengantar pastor sampai masuk ke dalam gereja.

Sahabat baik saya di Fakfak, Jefry (Jeje) Hindom yang tak lain adalah anak kandung dari Ketua Adat Fakfak Simon Bruno Hindom (Katholik), yang masih mempunyai hubungan saudara dekat dengan tokoh adat Fakfak lainnya yang beragama Islam, Achmad Hindom (adik sepupu dari Simon Hindom) yang dikutip beberapa pernyataannya oleh Jawa Pos tersebut di atas, mengabadikan beberapa momen penting perayaan misa di Gereja Santo Yosep yang dipartisipasi juga oleh tokoh dan para remaja Muslim setempat itu.

Foto-foto yang diabadikan itu dipasang Jeje Hindom di tembok Face Book-nya. Jeje menulis penjelasan untuk foto-foto itu: “Terlihat Saudara2 Remaja Mesjid Kampung Pasir Putih, mengiringi Pastor dlm prosesi Missa Pembukaan Temu OMK Se TPW Fakfak Tahun 2015, di Gereja St. Yosep Brongkendik.”

 

 

 

 

Untuk kesekian kali, Fakfak membuktikan bahwa konsep “satu tungku tiga batu” bukan hanya sekadar slogan semata. Juga bukan hanya merupakan suatu pencitraan, tetapi hal seperti ini sudah terbiasa dijalankan oleh para pemeluk tiga agama, Islam, Protestan, dan Katholik sejak zaman leluhur mereka.

Fakfak juga dikenal sebagai pusat Islam di Papua, hal ini dapat dilihat dari terdapat masjid-masjid tua peninggalan zaman dahulu, yang menunjukkan bahwa Islam sudah ada di Fakfak sejak beberapa abad lampau. Beberapa ahli sejarah Fakfak mengatakan, Islam sudah masuk di Fakfak sekitar abad ke-15-17. Salah satu buktinya adalah Masjid Patimburak yang berada di Kecamatan Kokas. Masjid ini merupakan masjid tertua di Fakfak, didirikan pada 1870.

[caption caption="Silahturahmi keluarga Hinom (Kristen) dgn keluarga Besar Salawati (Islam) di Kampung Gewerpe, di sebuah acara sunatan (foto: Jeje Hinom)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun