[caption id="attachment_125586" align="aligncenter" width="620" caption="(Kompas.com)"][/caption]
Siapapun yang pernah mengetahui informasi yang pernah disampaikan Politisi Partai Demokrat, Sutan Bathoegana, tentang kondisi kesehatan Nazaruddin pada Juni 2011 lalu, yang katanya turun 18 kilogram, saat ini pasti menilai bahwa politisi berwajah khas ini telah berbohong.
Penilaian tersebut pertamakali bisa disimpullan ketika kita bisa menyaksikan sendiri sosok Nazaruddin melalui tayangan Skype, wawancaranya dengan Iwan Piliang, yang disiarkan Metro TV, pada 22 Juli 2011.
Pada tanggal 6 Juni 2011, Sutan Batoegana mengatakan kepada para wartawan bahwa dia bersama dengan Ketua Fraksi Demokrat Jafar Hafsah dan Wakil Ketua Umum Johnny Allen sudah bertemu muka langsung dengan Nazaruddin pada 3 Juni 2011, di Singapura.
Pada waktu itulah menurut kesaksian Sutan kondisi kesehatan Nazaruddin kurang baik. Bahkan Nazaruddin tampak kurus. Bobotnya turun 18 kilogram.
Padahal Nazaruddin baru saja kabur ke Singapura pada 23 Mei 2011. Berarti, hanya dalam tempo 11 hari, bobot Nazaruddin anjlok 18 kilogram!
Namun di tayangan Skype, dalam wawancaranya dengan Iwan Piliang, pada 22 Juli 2011 kita sama-sama menyaksikan bahwa Nazaruddin tampak sehat-sehat saja. Tidak ada tanda-tanda dia sedang sakit, atau baru saja sembuh dari sakitnya. Bobotnya pun kelihatan sama dengan waktu dia masih berada di Indonesia terakhir kalinya.
Kondisi kesehatan dan bobot Nazaruddin menjadi semakin jelas ketika kita bisa menyaksikan tayangan di televisi sewaktu dia pertama kali ditangkap di Cartagena, Kolumbia. Semakin jelas lagi ketika yang bersangkutan tiba kembali di Tanah Air. Bahkan kelihatan kini lebih gemuk daripada waktu masih di Tanah Air terakhir di Mei 2011.
Maka vonis sebagai pembohong publik pun dijatuhkan kepada Soetan Bathoegana. Namun bukan namanya politikus Indonesia, kalau meskipun fakta sudah ada di depan mata, tetap saja bisa mengelak dengan berbagai jurus. Dari yang masuk akal sampai dengan yang hanya bisa ditemui di cerita-cerita dongeng.
Soetan Bathoegana pun dengan tegas menolak dia telah melakukan pembohongan publik terkait dengan hal tersebut di atas.
Dalam bantahannya telah melakukan pembohongan publik tersebut, Soetan malah hendak melepaskan tanggung jawabnya itu kepada Nazaruddin. Dia bilang, dia tidak bohong ketika mengatakan bobot Nazaruddin turun 18 kilogram. “Kalau tidak percaya, tanya saja kepada Nazaruddin sendiri!”, katanya, seperti yang ditulis Kompas.com, 18 Agustus 2011.
"Yang saya katakan jujur. Silakan saja kalau mau dipermasalahkan mengenai pernyataan itu. Lagian mana mau sih orang yang sudah berbohong itu mau muncul terus di depan publik," ujar Sutan kepada Kompas.com, di Jakarta, Kamis (18/8/2011).
Lucu sekali, politikus satu ini.
Bagaimana bisa, dia sendiri yang bilang melihat bobot Nazaruddin yang kurus dan turun 18 kilogram, kok bisa, bilang kalau tidak percaya tanya saja kepada Nazaruddin. Maksudnya, tanya bagaimana, ya?
Seandainya waktu itu dia melihat Nazaruddin kurus, apakah dia tidak bisa memperkirakan bagaimana tampilan seseorang yang turun bobotnya sampai 18 kilogram? Apalagi dalam tempo yang sedemikian singkatnya.
Sutan mengatakan, Lagian mana mau sih orang yang sudah berbohong itu mau muncul terus di depan publik?"
Jawabnya, tidak usah cari di mana-mana, karena kita punya sangat banyak orang seperti itu. Tepatnya, ; politikus dan pejabat negara yang seperti ini. Sudah berbohong, tetapi tidak punya malu untuk tetap terus tampil di depan umum bak orang tidak bersalah, untuk menyampaikan kebohongan demi kebohongan baru lagi. Bahkan kebiasaan berbohong ini seolah-olah sudah menjadi karakteristik kebanggan bagi mereka.
Jangankan “cuma” berbohong, sudah korupsi pun tetap bisa tampil seperti pahlawan, kok. Pakai senyum dan tawa segala, kok. Hukumannya cuma 2-4 tahun saja, kok.
Jadi, jawaban atas pernyataan Sutan itu: “Mana mau sih orang yang sudah berbohong itu mau muncul terus di depan publik?” Adalah: Ada. Banyak. Contohnya, ya, dia sendiri ini!
Kecuali, kalau Sutan ini memang tidak bisa membedakan antara orang yang bobot badannya turun sedikit dengan yang mendadak turun 18 kilogram. Dia tidak bisa memperkirakan seberapa banyak, beratnya 18 kilogram itu bagi bobot seorang manusia. Tapi, apakah mungkin dia sebodoh itu? Mengingat dia adalah seorang politikus dari sebuah partai terbesar, seorang pejabat tinggi negara, seorang aggota DPR?
Tentang kenyataan bahwa Nazaruddin ternyata tiada tampak pernah kurus drastis, Sutan menyampaikan teorinya bahwa bisa saja terjadi, sekarang ini Nazaruddin sudah naik bobotnya kembali dibandingkan ketika mereka menemuinya di Singapura pada 3 Juni 2011 lalu. Hal yang sama juga disampaikan Anas Urbaningrum, yang membela pernyataan Sutan itu.
Kata, dia Tim Komunikasi Partai Demokrat yang sempat merilis informasi bahwa bobot Nazaruddin turun 18 kilogram itu, tidak berbohong. Kalau sekarang kelihatan Nazaruddin malah lebih gemuk, itu bisa saja terjadi. “Kan, sudah lewat beberapa bulan?” katanya. (faktanya, tidak benar sampai beberapa bulan).
Wah, jadinya, kok seolah-olah mereka ini mau bilang tubuh Nazaruddin sedemikian lenturnya, sehingga bisa sedemikian mudah naik turun 18-kiloan dalam waktu yang singkat saja.
Tanggal 23 Mei ke 3 Juni 2011, atau hanya 11 hari, bobot Nazaruddin turun 18 kilogram. Kemudian dari 3 Juni ke 22 Juli, atau hanya kurang dari 2 bulan, naik lagi menjadi normal kembali!
*
Seperti kebanyakan ciri khas pejabat tinggi negara kita, kebiasaan untuk menyalahkan wartawan/media massa pun tak terelakkan.
Menurut Sutan, pernyataannya telah disalahartikan oleh pewarta yang saat itu bertanya mengenai kondisi fisik Nazaruddin. Ia mengatakan, apa yang dia lakukan hanya mengulangi dan menyampaikan apa yang ia alami saat bertemu dengan Nazaruddin di Singapura.
"Yang saya katakan itu merupakan pernyataan yang disampaikan Nazar kepada saya," kata Sutan.
Sutan menceritakan, saat itu dirinya bertanya kepada Nazaruddin karena suami dari Neneng Sri Wahyuni itu kelihatan kumuh saat bertemu dengan dirinya. Lantas, Sutan menanyakan kondisi rekannya tersebut. "Saya tanya, 'Zar macam mana badanmu itu?' Lalu dia (Nazaruddin) bilang kepada saya, 'Bang saya turun 18 kilogram'. Nah, jadi pernyataan itu memang keluar dari mulut Nazar sendiri," tutur Sutan menirukan percakapan dengan Nazaruddin. *
Kalau memang benar ceritanya ini, pertanyaannya adalah apakah politisi Demokrat ini memang orang yang benar-benar naif? Menelan bulat-bulat, percaya begitu saja, ketika Nazaruddin bilang bobotnya turun 18 kilogram? Apa iya, Sutan tidak bisa membayangkan seberapa beratnya 18 kilogram itu. Sehingga bisa percaya begitu saja kepada omongan Nazaruddin?
*
Bagaimana sebenarnya, kalimat Sutan ketika itutentang bobot Nazaruddin? Di beberapa media yang mengutip pernyataan Sutan, umumnya sama bunyinya, seperti yang dikutip Kompas.com, 6 Juni 2011:
Menurut Sutan, tubuh Nazaruddin tampak lebih kurus. "Agak kurusan dia. Beratnya turun 18 kilogram," katanya di Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, Senin (6/6/2011).
Sutan Batoegana boleh-boleh saja mengelak telah melakukan pembohongan publik tentang bobot Nazaruddin itu. Tetapi bagaimana dengan pertanggungjawaban pernyataan dia bersama dengan sejumlah petinggi Demokrat waktu itu yang dengan gaya meyakin masing-masing mengatakan bahwa Nazaruddin memang sedang sakit, dan sedang berobat di Singapura?
Termasuk Anas Urbaningrum pun juga pernah memastikan kepada publik bahwa kepergian Nazaruddin ke Singapura waktu itu benar-benar untuk berobat. “Apabila dia sudah sembuh, dan dipanggil KPK, dia akan kembali ke Tanah Air,” kata Anas pada 6 Juni 2011
“Kita harus menghormati hak dia untuk berobat,” kata Anas lagi waktu itu.
Namun, setelah Nazaruddin “bernyanyi” menuduhnya ikut terlibat dalam beberapa kasus korupsi, pada 20 Juli 2011 Anas malah mengatakan bahwa Nazaruddin itu dari dulu sudah biasa berbohong. “Nazaruddin adalah orang yang sering berbohong”, katanya seperti yang dikutip Kompas, 21 Juli 2011). Kalau benar dari dulu Nazaruddin sering berbohong, kok bisa dia dipercaya ketika katanya ke Singapura untuk berobat?
Pada waktu mengatakan bahwa bobot Nazaruddin turun 18 kilogram itu (6 Juni 2011), Sutan juga membenarkan bahwa Nazaruddin sedang berobat di sebuah rumah sakit di Singapura. Ketika itu dia ditanya wartawan, jenis penyakit, dan nama rumah sakit dimaksud, dia menolak menjawabnya. Kata dia, nanti sore (tanggal 6 Juni 2011 sore), hal itu akan diungkapkan DPP Partai Demokrat dalam keterangan persnya.
Tetapi sampai detik ini, tidak ada satu kata pun penjelasan dan pertanggungjawaban Demokrat atas pernyataan-pernyataan mereka tentang apa sebenarnya penyakit Nazaruddin sehingga pergi berobat ke Singapura, dan di rumah sakit mana dia berobat.
Kenapa hanya untuk menyebut nama rumah sakit saja, mereka semua tidak mau kasih tahu. Padahal sebelum berjanji akan memberitahukannya?
Hampir pasti jawabannya, karena mereka waktu itu sebenarnya memang sedang melakukan pembohongan publik secara bersama-sama.
Nah, kalau sudah terbiasa berbohong begini, nanti, kalau pun ceritanya benar, jangan salahkanorang kalau sulit percaya lagi. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H