Wah, jadinya, kok seolah-olah mereka ini mau bilang tubuh Nazaruddin sedemikian lenturnya, sehingga bisa sedemikian mudah naik turun 18-kiloan dalam waktu yang singkat saja.
Tanggal 23 Mei ke 3 Juni 2011, atau hanya 11 hari, bobot Nazaruddin turun 18 kilogram. Kemudian dari 3 Juni ke 22 Juli, atau hanya kurang dari 2 bulan, naik lagi menjadi normal kembali!
*
Seperti kebanyakan ciri khas pejabat tinggi negara kita, kebiasaan untuk menyalahkan wartawan/media massa pun tak terelakkan.
Menurut Sutan, pernyataannya telah disalahartikan oleh pewarta yang saat itu bertanya mengenai kondisi fisik Nazaruddin. Ia mengatakan, apa yang dia lakukan hanya mengulangi dan menyampaikan apa yang ia alami saat bertemu dengan Nazaruddin di Singapura.
"Yang saya katakan itu merupakan pernyataan yang disampaikan Nazar kepada saya," kata Sutan.
Sutan menceritakan, saat itu dirinya bertanya kepada Nazaruddin karena suami dari Neneng Sri Wahyuni itu kelihatan kumuh saat bertemu dengan dirinya. Lantas, Sutan menanyakan kondisi rekannya tersebut. "Saya tanya, 'Zar macam mana badanmu itu?' Lalu dia (Nazaruddin) bilang kepada saya, 'Bang saya turun 18 kilogram'. Nah, jadi pernyataan itu memang keluar dari mulut Nazar sendiri," tutur Sutan menirukan percakapan dengan Nazaruddin. *
Kalau memang benar ceritanya ini, pertanyaannya adalah apakah politisi Demokrat ini memang orang yang benar-benar naif? Menelan bulat-bulat, percaya begitu saja, ketika Nazaruddin bilang bobotnya turun 18 kilogram? Apa iya, Sutan tidak bisa membayangkan seberapa beratnya 18 kilogram itu. Sehingga bisa percaya begitu saja kepada omongan Nazaruddin?
*
Bagaimana sebenarnya, kalimat Sutan ketika itutentang bobot Nazaruddin? Di beberapa media yang mengutip pernyataan Sutan, umumnya sama bunyinya, seperti yang dikutip Kompas.com, 6 Juni 2011:
Menurut Sutan, tubuh Nazaruddin tampak lebih kurus. "Agak kurusan dia. Beratnya turun 18 kilogram," katanya di Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, Senin (6/6/2011).
Sutan Batoegana boleh-boleh saja mengelak telah melakukan pembohongan publik tentang bobot Nazaruddin itu. Tetapi bagaimana dengan pertanggungjawaban pernyataan dia bersama dengan sejumlah petinggi Demokrat waktu itu yang dengan gaya meyakin masing-masing mengatakan bahwa Nazaruddin memang sedang sakit, dan sedang berobat di Singapura?
Termasuk Anas Urbaningrum pun juga pernah memastikan kepada publik bahwa kepergian Nazaruddin ke Singapura waktu itu benar-benar untuk berobat. “Apabila dia sudah sembuh, dan dipanggil KPK, dia akan kembali ke Tanah Air,” kata Anas pada 6 Juni 2011
“Kita harus menghormati hak dia untuk berobat,” kata Anas lagi waktu itu.
Namun, setelah Nazaruddin “bernyanyi” menuduhnya ikut terlibat dalam beberapa kasus korupsi, pada 20 Juli 2011 Anas malah mengatakan bahwa Nazaruddin itu dari dulu sudah biasa berbohong. “Nazaruddin adalah orang yang sering berbohong”, katanya seperti yang dikutip Kompas, 21 Juli 2011). Kalau benar dari dulu Nazaruddin sering berbohong, kok bisa dia dipercaya ketika katanya ke Singapura untuk berobat?