Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merakyatnya PM Inggris David Cameron vs Merajanya Pejabat Negara RI

20 Desember 2011   12:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:59 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengapa para pejabat negara kita rata-rata tidak mempunyai rasa simpatik dan empati dengan rakyatnya? Selain masih kuatnya budaya feodalisme: merasa seperti raja yang harus disembah dan diperlakukan istimewa. Mungkin juga karena mereka sebenarnya sadar bahwa kelakuan mereka itu tidak disukai rakyat, apalagi kemudian ditambah dengan stigma koruptor terpatri, maka mereka juga merasa seolah-olah rakyat itu selalu memusuhi mereka. Oleh karena itu ke mana-mana harus bawa ajudan merangkap bodyuard.

Pejabat negara setingkat presiden dan wakil presiden tentu saja harus mendapat pengawalan yang cukup ketat. Tetapi tidak perlu harus sampai berlebih-lebihan. Sampai membuat rakyatnya malah merasa selalu harus menderita karena harus dipaksa berkorban seperti kalau berada di jalan raya itu. Kecuali mereka memang paranoid terhadap rakyatnya sendiri.

Orang dekat Gus Dur, Hermawi Taslim, pernah mengungkapkan bahwa Gus Dur tak pernah mau memakai iring-iringan pengawal jika bepergian. Seperti lazim dijumpai di jalanan, para pejabat negara, apalagi mantan presiden, biasanya diikuti beberapa mobil maupun motor pengawal dari pihak kepolisian (Kompas.com, 30 Desember 2009).

Presiden Philipina, Benigno Aquino (Noy Noy) dikabarkan sering terjebak macet di jalan raya bersama pengguna jalan lainnya. Dia juga melarang penggunaan sirene kalau tidak benar-benar dibutuhkan, misalnya kalau ada tamu negara. Iringan-iringan Kepresidenannya juga tidak pernah sampai panjang-panjang, dan kalau lampu merah rombongan presiden juga harus ikut berhenti.

Gus Dur dan Noy Noy dapat bersikap begitu karena dia bukan seorang pejabat negara (presiden) yang paranoid dengan rakyatnya sendiri.

Pejabat yang paranoid kepada rakyatnya sendiri tentu pasti ada apa-apanya. Misalnya, karena dia diam-diam sebenarnya adalah seorang koruptor besar, yang kemudian membuatnya selalu berada dalam keadaan ketakutan. Ketika berada di tengah-tengah rakyatnya, misalnya, ada petasan berbunyi saja, sudah cukup membuatnya ketakutan.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun