Kembali ke masalah paspor. Apakah faktor paspor palsu merupakan satu-satunya kemungkinan, meskipun paspornya sudah dicabut Nunun masih tetap bisa bebas berkeliaran tanpa bisa terlacak secara tepat?
Saya kemudian berpikir, bisa jadi ada kemungkinan lain yang membuat Nunun seolah-olah hilang ditelan bumi. Demikian juga dengan status Nazaruddin yang mengarah ke posisi yang sama dengan Nunun.
Tanpa sadar kita sebenarnya telah masuk ke dalam perangkap skenario ciptaan para politikus dan pejabat negara hitam yang mengarah fokus kita kepada keberadaan Nunun dan Nazaruddin di luar negeri.
Dengan fokus yang berhasil dibentuk itu, mulai dari masyarakat awam sampai dengan para pakar, dan institusi penegak hukum yang di luar lingkaran konspirasi tersebut selalu menganalisa dan memberi komentar dan opininya berdasarkan keberadaan dua buronan ini di Singapore, atau negara lain. Alhasil semua orang pun menganggap mereka memang sulit sekali dilacak karena berada di negara asing yang tidak punya perjanjian ekstradisi dengan Indonesia.
Padahal sesungguhnya dua buronan kakap ini sejak awal tidak berada di luar negeri, melainkan di dalam negeri. Di Indonesia!
Keberhasilan para konspirator politik itu yang merasa terancam kalau sampai dua buronan ini benar-benar ditangkap dan ditahan KPK (dan Polisi) karena menyimpan banyak rahasia busuk mereka, membuat kita seperti mencari suatu benda di seberang sana, padahal sesungguhnya benda itu berada di samping kita. Maka tidak bakalan ketemu.
Indikasi perkiraan ini ada.
Dalam kasus Nazaruddin, banyak terjadi kejanggalan. Seperti tidak ada saksi mata yang melihat dia benar-benar naik pesawat ke Singapore. Sedangkan sejumlah petinggi Demokrat, termasuk tim khusus yang dibentuk ke Singapore, mengaku telah bertemu dengan Nazaruddin, tetapi semua pengakuan itu tidak ada buktinya sama sekali. Apakah benar ada pertemuan-pertemuan tersebut, ataukah hanya fiksi.
Apalagi kemudian muncul pernyataan yang saling bertentangan dari mereka. Semula bilang bertemu dua kali di sebuah tempat yang dirahasiakan (ini juga merupakan satu kejanggalan tersendiri, kenapa dirahasiakan?), tetapi kemudian bilang tidak pernah ketemu, hanya komunikasi satu arah saja, seperti yang dinyatakan oleh Sutan Bhatoegana pada 14 Juni lalu.
Kenapa bilang telah bertemu dengan Nazaruddin di Singapore, tetapi merahasiakan lokasi dan waktunya? Karena mereka khawatir, apabila itu disebutkan, orang bisa melakukan cek-silang, apakah benar pada waktu itu ada orang lain yang kebetulan berada di sana melihat mereka. Karena sesungguhnya memang pertemuan itu tidak pernah ada. Pernyataan itu hanyalah merupakan bagian dari trik untuk membentuk pemikiran publik bahwa Nazaruddin memang berada di Singapore.
*