Aku berusaha memanggil bibi Diana agar sekiranya ia mau membagikan sedikit saja masakannya kepadaku.
Lantai garasi yang dingin menyulitkanku memanggilnya dengan lantang.
Sudah beberapa hari ayah tidak keluar rumah, mungkin ia sudah hilang kesabaran mengurusiku yang bandel keluyuran saat hujan.
Kepalaku mulai pusing dan tenagaku mulai terkuras perlahan.
Musim hujan seperti saat ini membuat tetanggaku jarang keluar rumah sehingga akan lebih sulit daripada biasanya untuk memanggil mereka; itu pun kalau mereka sedang di rumah.
Kucoba teriak sekali lagi memanggilnya tetapi derasnya suara hujan berhasil mengalahkanku.
Aku harus berpikir jernih. Sisa tenaga ini harus kusimpan untuk entah beberapa hari ke depan.
Kupejamkan mata ini, berusaha untuk tidur menyimpan energi.
Enam puluh menit pun berlalu. Langit sudah gelap dan berhenti menangis. Genangan air di jalanan memantulkan kembali cahaya kuning redup dari lampu-lampu jalan.
Bau daging yang lezat sudah tidak tercium lagi. Meskipun aku harus makan tetapi kini aku mulai penasaran dengan apa yang dilakukan oleh ayah hingga selarut ini.
"Ini antara hidup dan mati. Setidaknya kalau aku terkulai lemas dan mati di sini, itu karena aku telah habis tenaga; teriak meminta pertolongan", ucapku membatin.