Mohon tunggu...
Daniel Glen
Daniel Glen Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Budaya Pop

Sukanya membaca, menulis, menggambar, mendengarkan musik dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Oh Ayah, Mengapa Engkau Mengurungku di Luar?

25 September 2022   19:35 Diperbarui: 3 Juli 2024   16:52 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah sedih seorang anak yang tidak mengetahui nasib ayahnya selama berhari-hari hingga sang tetangga datang dan mengungkapkan fakta mengejutkan (Credit: Flickr user Marjan Lazarevski via generocity.org)

Aku berusaha memanggil bibi Diana agar sekiranya ia mau membagikan sedikit saja masakannya kepadaku.

Lantai garasi yang dingin menyulitkanku memanggilnya dengan lantang.

Sudah beberapa hari ayah tidak keluar rumah, mungkin ia sudah hilang kesabaran mengurusiku yang bandel keluyuran saat hujan.

Kepalaku mulai pusing dan tenagaku mulai terkuras perlahan.

Musim hujan seperti saat ini membuat tetanggaku jarang keluar rumah sehingga akan lebih sulit daripada biasanya untuk memanggil mereka; itu pun kalau mereka sedang di rumah.

Kucoba teriak sekali lagi memanggilnya tetapi derasnya suara hujan berhasil mengalahkanku.

Aku harus berpikir jernih. Sisa tenaga ini harus kusimpan untuk entah beberapa hari ke depan.

Kupejamkan mata ini, berusaha untuk tidur menyimpan energi.

Enam puluh menit pun berlalu. Langit sudah gelap dan berhenti menangis. Genangan air di jalanan memantulkan kembali cahaya kuning redup dari lampu-lampu jalan.

Bau daging yang lezat sudah tidak tercium lagi. Meskipun aku harus makan tetapi kini aku mulai penasaran dengan apa yang dilakukan oleh ayah hingga selarut ini.

"Ini antara hidup dan mati. Setidaknya kalau aku terkulai lemas dan mati di sini, itu karena aku telah habis tenaga; teriak meminta pertolongan", ucapku membatin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun