"Jelek sumpah, jangan nonton deh".
"Emangnya kenapa?", jawab saya.
"GELAP BANGET! Kaga bisa ngeliat apa-apa. Terus juga banyak potensi-potensi yang ga bisa dimanfaatin. Abis itu kameranya juga goyang banget buset, pengen rasanya gua ajarin pegang kamera"
Kira-kira seperti itulah kata dia, maklum dia emang pernah sempat magang di salah satu proyek film gitu jadi menurut saya sah aja dia ngomong ke arah teknis seperti itu.
Hari itu saya yang belum menonton pun dengan bekal beberapa review positif dan 1 counter review mainstream teman saya dibuat semakin penasaran dengan filmnya.
Hari yang Ditunggu Tiba
Akhirnya saya berkesempatan menonton filmnya.
Saya telat 13-an menit jadi sepertinya ada bagian-bagian penting di awal film yang seharusnya berkaitan dengan keseluruhan jalan cerita.
Film ini berkisah tentang kelanjutan Rini dan 2 adik serta papanya yang pindah ke rumah susun karena dipikirnya bakal aman ga digangguin setan lagi sejak kejadian di rumah tinggal mereka sebelumnya.
Tapi ternyata rusun berlantai 13 (kalau diliat dari foto sih jumlahnya 14 tapi aslinya hanya ada 13 lantai) itu dibangun di atas kuburan yang dulunya tempat dilaksanakannya ritual sesat.
Hampir semua penghuni rusun tersebut adalah anggota sekte tersebut alias setannya. Para anggota sekte atau pengabdi setan itu ya cameo-cameo penghuni rusun yang ga disebutin namanya.
Dari awal film sih menurut saya oke-oke aja. Saya mulai nontonnya dari 3 bocah yang sedang menggali tanah dan menemukan ada kuburan di belakang rusun itu.