Â
Mengembangkan budaya literasi adalah investasi yang mumpuni untuk kemajuan bangsa ini di masa yang akan datang. Dunia yang semakin kompleks dan kreatif maka masalah yang muncul juga akan semakin kompleks dan kreatif. Kita harus siap untuk itu dengan memperkuat literasi.
Â
Di era digital ini, banyak orang merasa keberatan untuk membawa buku. Banyak orang lebih memilih gadget daripada buku. Menurut survei Alavara Research Center, Maret 2022, generasi Z dan generasi milenial adalah pecandu internet. Sebanyak 20 persen generasi Z dan 13,7 persen generasi milenial mengakses internet pada kisaran 7-10 jam per hari.[6] Maka solusi dari masalah ini adalah pengembangan sebuah cara baru. Digitalisasi perpustakaan ini dapat menjadi sebuah solusi yang efektif.Â
Â
Digitalisasi layanan perpustakaan digital memiliki beberapa kelebihan. dibandingkan menyediakan lemari buku fisik di ruang publik. Risiko buku hilang tidak akan terjadi. Selain itu digitalisasi memudahkan kaum muda yang lebih melek digital untuk mengakses buku bacaan.[7]Â
Â
Perpustakaan digital memang sudah dibelakukan di beberapa tempat, seperti DKI dan lainnya. Namun, diperlukan juga peran dan kesadaran dari masyarakat juga. Kesadaran itu dapat ditumbuhkan dari lingkungan keluraga dan dari lingkungan pendidikan. Kurikulum Merdeka Belajar agaknya juga turut memperkuat karakter pelajar untuk menjadi pribadi literatif dengan membaca buku dan membaca pengalaman langsung di lapangan. Apapun kurikulumnya budaya literasi tidak boleh kendor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H