Mohon tunggu...
Burdani Dani
Burdani Dani Mohon Tunggu... Insinyur - Sastra Mengubah Dunia

Saya senang membaca, saya juga berusaha menuliskan sesuatu yang berguna bagi orang. Boleh jadi menjadikannya hiburan atau penggugah inspirasi bagi orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Delon di Tahun 1990

12 Februari 2024   15:34 Diperbarui: 13 Februari 2024   08:41 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari telah berada tepat vertikal dari Kota Bandung, panasnya cukup terik. Es Kelapa Muda cocoknya untuk membasahi tenggorokan…hehe. Aku masukkan Surat ke Kantor Pos terdekat dari rumahku. Pasti bertanya surat untuk siapa kan ?

Aku layangkan surat untuk Dina, bukan surat cinta. Aku masih malu nyatakan cinta padanya, aku belum percaya diri. Meski banyak permintaan cinta dari gadis lain namun kepalaku tak otomatis membesar dan sombong. Buktinya akupun lemah, malu dan kelu lidahku tuk ucap cinta pada seseorang yang sangat aku cintai.

Amplop Harvest yang wangi dengan perangko kilat akan membawa lembaran goresan hatiku pada Dina. Cukup 2 hari sudah sampai ke rumah Dina. Rumah Dina masih bertetangga Kota dengan domisili Kotaku.

Pintu kamarku diketuk Mama pukul 02.00 siang. Aku masih setengah bermimpi membuka pintu. “ini ada surat dari Dina.” Kata mamaku sembari memberikannya padaku.

1000 asa berkecamuk dalam hatiku, ini surat pertama dari Dina. Dalam benakku bertanya-tanya, apa yang Dina tuliskan untukku. Kata-kata manis atau cacian atas ketidaktahuan diriku. Kubuka amplop surat itu dengan hati-hati diiringi hatiku yang dag dig dug. Tulisannya sangat rapi dan bagus, maklum tulisan cewek cantik. Kata-katanya sangat baik tertata pada kalimat-kalimat indah. Surat itu memberikan kesan bahwa Dina senang menerima suratku dan antusias membalasnya. Sekilas hatiku bertanya pada diri sendiri, kapan aku berani nyatakan cintaku pada Dina. Seakan ada bayang tembok besar yang menghalangi hasratku, tapi aku tak faham apakah itu ?

Aku banyak membaca buku-buku agama dan filosofi kehidupan. Kadang cerpen roman dan kisah nyata kehidupan sering aku baca, di sela-sela jam perkuliahan. Cinta itu butuh persamaan dalam segala hal. Persamaan derajat, harta, kedudukan dan lainnya. Jika ada persamaan maka cinta akan mendapatkan pondasi yang kokoh. Setiap pasangan akan saling hargai dan saling cinta. Jika perbedaan yang ada maka cinta sering dipaksakan bahagia berbarengan dengan ejekan, sindiran atau bahkan hinaan pada pasangan. Nah, itu sakit ! Luka pada hati akan membekas lama bahkan sulit melupakannya.

Hari-hari kehidupan berjalan sesuai TakdirNya. Manusia hanya menjalani perannya yang sudah digariskan Yang Maha Kuasa. Kita tak dapat memilih sisi kehidupan yang kita sukai. Sisi kehidupan yang sudah Alloh tetapkan pada kitalah yang harus kita adaptasi sebaik mungkin, suka atau tidak suka.

                                                                                                                                 ***

AKu berjalan pada koridor antar Bangsal Rumah Sakit, hatiku was-was dengan keadaan Mama yang sudah beberapa bulan sakit. Kini Mama terpaksa diopname agar lebih terpantau sakitnya. Ayahku masih sibuk Dinas Militer dan kini sering latihan perang bersama para prajurit bawahannya. Kadang tengah malam larut Ayahku baru pulang. Mama terdiagnosa sakit Radang Usus. Mama tidak bisa makan teratur kini, mulutnya terasa pahit dan sakit tulang belakang. Sesekali kami anak-anak bergantian memijat badan Mama. Jika sakitnya sudah tidak tertahan, kami panggil Dokter Keluarga untuk injeksi tulang belakang Mama dengan obat penahan sakit.

Aku memandang ke luar, melihat taman di samping Paviliun Rawat Inap. Rerumputan begitu menghijau dihiasi bunga berwarna keunguan. Sesekali terlihat para suster lewat membawa keranda jenazah di koridor antar bangsal. Tak terbayang di batinku jika kematian akan menjemput Mamaku, aku hanya berfikir jika Mama sembuh nanti aku akan menjaga Mama untuk menjaga Menu dan pola makan yang sehat.

Hari ini sepulang kuliah aku sempatkan menengok kembali Mama di Rumah sakit, aku berharap Mama lebih membaik kesehatannya. Memasuki paviliun semerbak wangi karbol dan obat-obat memenuhi udara ruangan. Ini pukul 05.00 sore,  pasien yang lain pun banyak yang dikunjungi teman dan keluarga, ini masih jadual besuk pasien soalnya. Dari balik pintu besar Rumah Sakit peninggalan Belanda aku mengintip Mama yang sedang terbaring. Sepertinya Mama sedang terbangun, aku masuk perlahan dan menyapa Mama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun