Mohon tunggu...
Petrus Danggalimu Pemula
Petrus Danggalimu Pemula Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Gollu Manila, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kecamatan Wewewa Timur, Desa Wee Limbu pada tanggal, 07-02-1983. Pernah tinggal di pedalaman Kabupaten Rote Ndao, Kecamatan Lobalain Desa Kuli, Dusun Talilipa. Sebagai pelayan anak-anak usia dini melalui dunia pendidikan dengan Visi: pendidikan berkualitas dan karakter mulia dalam diri siswa, sebagai kepala TK-SD. Kemudian pindah ke Kupang dan melayani anak remaja di Rumah Belajar Tefila - Oebufu - Kupang. Sekarang tinggal di Kota Kupang-Oebufu dan pekerjaan terakhir sebagai petani sayur organik-Oebufu-Kupang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisahku, Kesedihan Terdalamku

19 Oktober 2019   09:58 Diperbarui: 3 Juli 2020   14:39 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marten, beta masih berharap Marten dapat membaca tulisan ini, dan walau tidak pernah bisa lagi, tidak apa-apa. Beta berharap malaikat kecilmu akan membacakannya pada rohmu. Jujur Marten, bahwa selama mama sakit, beta hanya benar-benar menaruh harapan pada Tuhan sekaligus kepada Marten untuk merawat mama. 

Tidak lebih dari itu. Mungkin beta jahat, maafkan beta. Tuhan ampuni Petrus. Dan ketika satu kali mengetahui bahwa kak Lina pulang dari Surabaya, betapa senangnya beta punya hati, karena akan ada penambahan orang yang membantu merawat mama.

Tetapi bagaimana pun keberadaan kak Lina di sana, beta tahu bahwa hal itu tidak merubah keadaan mama. Selain penyakit yang mama deritai, usia mama pun berbicara. Saya dengar bagaimana keadaan mama yang semakin hari mama semakin parah.

Kemudian Marten tahu bahwa tiba juga waktu untuk ke Sumba. Beta tahu bahwa walau kesempatan itu tiba, tidak murni untuk berkunjung ke rumah. Perkunjungan saat itu bertepatan juga dengan urusannya beta dengan Deby untuk menikah. Beta akhirnya benar-benar melihat keadaan mama yang sudah menggunakan tongkat. 

Beta peluk mama dan menangis bersama dan tak lupa beta beri kesaksian tentang pelayanan di pulau Rote. Pertemuan ini pun tidak berlangsung lama. Hanya seminggu lebih dan pisah lagi.

Akhir dari cerita mama adalah ketika satu waktu setelah beta menikah (Waktu itu beta menikah di Kupang karena cukup ribetnya masalah adat dan mama tidak sempat menyaksikan pernikahan beta dan Deby, termasuk Marten kan dan selama urusan di Sumba Martenlah yang paling banyak berkorban juga untuk urusan beta) sekitar Nopember 2017, kak Lina menelpon dan menyampaikan dengan tegas seperti ini "jika masih ingin bertemu mama pada hari-hari terakhirnya, maka segeralah datang". 

Kata-kata itu begitu meyakinkan akan keberadaan mama dan langsung saja saat itu tanpa menunda, beta bersiap-siap untuk ke Kupang lalu esoknya langsung Sumba. Saat beta sampai di Sumba, beta telah dapati napas napas terakhir mama. 

Beta coba berteriak memanggil mama sambil menangis dan mama pun masih sadar dan sempat menjawab saat beta bertanya "apakah mama mengenali beta?" Mama bilang "woudona Petu anagu" yang artinya engkau Petrus anakku. Mama masih mengenali beta dan  beta ajak mama untuk benar-benar percaya pada Tuhan dan melepaskan pengampunan bagi siapapun yang dibencinya termasuk  beta. 

Mama berkata bahwa dia percaya Yesus dan tidak membenci siapapun. Beta coba membantu mama mengingatkan orang-orang yang sering membuat mama sakit hati. Dari sekian orang yang beta sebut hanya ada satu orang yang benar-benar sulit untuk mama lepaskan pengampunan. 

Beta coba panggil orang tersebut untuk bicara dengan mama tetapi waktu mama lihat wajahnya, mama menggeleng kepala pertanda tidak mau melepaskan pengampunan. Beta ajak mama berdoa dan beberapa saat kemudian mama meninggal. 

Betapa waktu itu beta, kak Lina, kak Tina (sudah berkeluarga) dan Marten sama-sama menangis penuh duka yang mendalam mengingat semua jasa dan pengorbanan mama bagi kami. Kematian mama menjadi hari terakhir pula pertemuan dengan Marten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun