Mohon tunggu...
Danendra Alfathadiningrat
Danendra Alfathadiningrat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga dan Musik

Selanjutnya

Tutup

Seni

Dua Sisi Perkembangan Musik Digital

24 Maret 2023   10:28 Diperbarui: 24 Maret 2023   11:11 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iwan Gunawan menambahkan "Bagaimana dapat dikatakan baik, ya kecuali hanya dubbing seperti yang dilakukan beberapa komposer di negeri ini. Kalo urusan industri musik itukan strategi bisnis tidak berurusan dengan baik dan buruk. Seperti begini contoh saja tempat asusila, pub, bar, klab bahkan peredaran narkoba hingga hari ini terus ada, jika dilihat dari sisi etika itu tidak baik, ada undang-undangnya, tapi sampai hari ini jalan karena ada kepentingan lain yaitu bisnis, dan di dunia musik pun sama seperti itu. Balik lagi dalam dunia industri musik itu kembali kepada kitanya dapat memilah yang baik atau tidak."

Selanjutnya hal yang menarik rasa kepenasaran saya adalah bagaimana dan seberapa jauh perbedaan dunia permusikan spesialisasi orkestra di Indonesia dan negara-negara di barat?

Iwan Gunawan sontak menjawab bahwa terdapat ketimpangan yang sangat jauh antara negara-negara di barat dengan Indonesia. Ia juga menyatakan bahwa orkestra merupakan budaya dari negara sana, dan ketimpangan ini dikarenakan orkestra ini bukan budaya negara kita. Hal itu yang membuat ketertarikan di dalam negara kita sangat rendah dan juga ekosistem dunia orkestra sangat kecil dan perputaran uang di dalam nya pun tidak sebanyak hal-hal lain.
Menurutnya sesuatu yang membudaya itu sesuatu yang mempunyai pengetahuan yang sudah established. Layak nya kesenian angklung dan gamelan di Indonesia yang sudah menjadi budaya di banyak daerah. Sama hal nya seperti pengetahuan mengenai raja-raja di Nusantara pada pembelajaran di dalam negeri kita tercinta Indonesia, banyak sekali artefak-artefak dan lain sebagainya, tapi di negara yang lain mereka tidak paham apa yang terjadi seperti gamelan misalnya.
Masterclass gamelan akan dibuka pada tanggal 29 Maret ini dan Iwan Gunawan akan menjadi pembicara sekaligus guru disana, dan beberapa orang Korea Selatan dan China ada yang tertarik mengikuti masterclass tersebut, memang itu adalah hal yang baik, namun hal-hal seperti ini sudah dilakukan oleh negara dari eropa dan amerika serikat puluhan tahun lalu, bahkan ada yang sudah menjadi ahli alat musik tradisional Indonesia dari negara-negara tersebut.

Di sini menurut Iwan Gunawan bahwa konsep budaya timur dan barat sudah tidaklah penting karena yang paling penting adalah bagaimana kita sebagai khususnya seniman berinteraksi melalui budaya. Beliau juga sangat salut akan kegigihan dan keseriusan bangsa eropa dan amerika serikat yang sangat serius dan menekuni kesenian tradisional Indonesia hingga melahirkan ahli-ahli dari negara nya, sedangkan di Indonesia yang ingin mempelajari kesenian dari eropa tidak memiliki keseriusan yang tinggi dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang hanya memenuhi kebutuhan entertainment.

Masalah lainnya bukan hanya datang dari geografis, letak susunan kepulauan, kebudayaan, dan sumber daya manusia nya, melainkan ada faktor lain yang menjadi hambatan terhadap perbedaan budaya ini, yaitu adalah infrastruktur. Betul sekali bahwa Indonesia masih sangat minim kepekaan nya apalagi dalam bagian infrastruktur yang mendukung untuk acara permusikan, contoh nya saja untuk concert hall di Indonesia sangat sedikit dan itu pun kebanyakan tidak memenuhi standardisasi internasional atau setidaknya kualitas yang baik, sekali nya ada itu milik swasta dan harga pemakaian nya sangatlah mahal, berbeda hal nya dengan negara-negara di eropa atau pun amerika serikat yang sangat suportif dan mendukung di bidang infrastruktur untuk permusikan, tidak usah jauh-jauh, kita bisa melihat dan bercontoh ke sesama negara di Asia yaitu Jepang. Jepang merupakan negara yang sangat menghargai kesenian baik dari berbagai belahan dunia mana pun, selain itu warga nya pun sangat apresiatif terhadap kesenian. Disana concert hall sudah sangat banyak dan dalam segi pembangunan tidak pernah nanggung, wajar saja jika disana tidak ada concert hall yang memiliki standar dibawah baik.

Setelah banyak mengupas tuntas mengenai perorkestraan di negara kita tercinta Indonesia, kini saya akan menanyakan mengenai sosok atau tokoh yang aktif dalam melestarikan kesenian orkestra di negara Indonesia. Menurut jawaban dari Iwan Gunawan, sebenarnya ada beberapa yang populer seperti Addie MS dan Erwin Gutawa. Namun menurut nya ada beberapa kelompok atau komunitas yang lebih serius dan berfokus pada segmentasi kesenian musik spesialisasi orkestra dan diantaranya ada Bandung Philharmonic yang sudah berdiri sejak tahun 2015, Bandung Philharmonic sendiri merupakan simfoni orkestra professional pertama di Kota Bandung, mereka sering sekali dan sangat rutin mengadakan acara atau pementasan orkestra di Kota Bandung dan mereka sering kali juga mengajak kolaborasi dengan beberapa musisi Indonesia yang juga penggiat dari orkestra. Satu hal yang unik dari Bandung Philharmonic menurut saya adalah dimana mereka bekerja sama dengan musisi ternama dari California yaitu Robert Nordling dari Lake Forest Civic Orchestra dan Michael Hall yang juga pengajar di VanderCook College of Music. Mereka berdua menjabat sebagai direktur artistik dan membantu di bidang lainnya, dari sini kita dapat melihat keseriusan yang dibentuk dan dibangun oleh Bandung Philharmonic. Namun, sangat disayangkan bahwa eksistensi Bandung Philharmonic harus berhenti di tahun 2020 dikarenakan pandemi COVID-19 yang pada saat itu sedang merebak dan masih baru-barunya sehingga masih belum ada cara menangani yang lebih lanjut selain mengkarantina warga dan seluruh masyarakat di Indonesia.
 
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun