Mohon tunggu...
Danendra Raditya Ramiro
Danendra Raditya Ramiro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hai perkenalkan nama saya Danendra Raditya Ramiro

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

7 Lingkungan Kota Surabaya

3 Januari 2025   07:00 Diperbarui: 1 Januari 2025   22:18 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

HISTORY KOTA SURABAYA

Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Surabaya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapaca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir). Menurut pendapat budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman Von Faber, wilayah Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat permukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan pada tahun 1270 M. Nama rabhaya sendiri dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lmbu Sora.

Era prakolonial Wilayah Surabaya dahulu merupakan gerbang utama untuk memasuki ibu kota Kerajaan Majapahit dari arah lautan, yakni di muara Kali Mas. Bahkan hari jadi kota Surabaya ditetapkan yaitu pada tanggal 31 Mei 1293. Pasukan Mongol yang datang dari laut digambarkan sebagai SURA (ikan hiu / berani) dan pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BAYA (buaya / bahaya), jadi secara harfiah diartikan berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya. Pada masa Hindia Belanda, Surabaya berstatus sebagai ibu kota Keresidenan Surabaya, yang wilayahnya juga mencakup daerah yang kini wilayah Kabupaten Gresik; Sidoarjo; Mojokerto; dan Jombang. Pada tahun 1905, Surabaya mendapat status kotamadya (gemeente). Pada tahun 1926, Surabaya ditetapkan sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur. Sejak saat itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia Belanda setelah Batavia.

KEBUDAYAAN KOTA SURABAYA

Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, memiliki budaya unik yang mencerminkan sejarah panjang dan keberagaman masyarakatnya. Kota yang dijuluki sebagai Kota Pahlawan ini tidak hanya terkenal karena peran pentingnya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga karena kekayaan budayanya yang khas dan beraneka ragam. Berikut adalah beberapa budaya unik khas Surabaya yang patut diketahui:

  • Tarian Remo
  • Tarian Remo adalah salah satu tarian tradisional khas Surabaya yang biasanya ditampilkan dalam pertunjukan Ludruk. Tarian ini memiliki gerakan yang dinamis dan penuh semangat, mencerminkan keberanian dan ketangguhan masyarakat Surabaya. Tarian Remo sering kali digunakan untuk menyambut tamu kehormatan dalam berbagai acara resmi.
  • Ludruk
  • Ludruk adalah seni teater tradisional Jawa Timur yang populer di Surabaya. Pertunjukan ini menampilkan lakon kehidupan sehari-hari masyarakat dengan sentuhan humor dan kritik sosial. Ludruk sering kali diiringi dengan musik gamelan dan menampilkan tarian Remo sebagai pembuka. Tema-tema yang diangkat biasanya terkait dengan perjuangan hidup dan nilai-nilai moral masyarakat.
  • Tradisi Larung Sesaji
  • Larung Sesaji adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir Surabaya untuk menghormati laut dan memohon keselamatan serta rezeki. Upacara ini biasanya dilakukan dengan menghanyutkan berbagai sesaji ke laut, seperti makanan, bunga, dan barang-barang lainnya. Tradisi ini mencerminkan rasa syukur dan penghormatan masyarakat terhadap alam. Namun saat ini, masyarakat setempat melakukan kegiatan alternatif larung sesaji dalam bentuk membaca lantunan shalawat burdah di perairan selat madura.

TRADISI KEAGAMAAN

Keanekaragaman suku dan etnis budaya di Indonesia ternyata juga berdampak pada diversifikasi tradisi yang berkembang di masyarakatnya. Tidak terkecuali di kota metropolitan seperti Surabaya yang ternyata masih memiliki sejumlah tradisi di tengah-tengah gempuran perkembangan zaman. Tradisi Surabaya yang tergolong unik ini bahkan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang berkunjung dan ingin menyaksikan. Berikut ini tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Kota Pahlawan tersebut!

  • sedekah bumi
  • Bukan hanya di Jawa Tengah, sedekah bumi juga menjadi tradisi yang masih banyak dilakukan di Jawa Timur. Di Surabaya, sedekah bumi biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di kawasan Sambikerep. Ini merupakan wujud dari rasa syukur atas hasil bumi atau panen yang melimpah. Melalui tradisi sedekah bumi, masyarakat berharap diberi rezeki yang lebih melimpah serta dijauhkan dari mara bahaya. Dalam tradisi sedekah bumi, masyarakat akan membuat tumpeng yang diisi dengan berbagai hasil bumi seperti buah dan sayur. Tumpeng ini kemudian diperebutkan oleh semua orang yang hadir.
  • Pitonan
  • Pitonan adalah sebuah upacara selametan yang diadakan oleh warga Kota Surabaya untuk memperingati ulang tahun tujuh bulan anak mereka yang baru lahir. Selain sebagai ungkapan syukur atas kelahiran sang anak yang telah mencapai usia tujuh bulan, tradisi Pitonan juga bertujuan untuk memberikan doa-doa akan keselamatan, rejeki, serta kesuksesan masa depan bagi sang anak agar dapat hidup dengan baik dan sejahtera.
  • Grebeg suro
  • Grebeg Suro adalah salah satu upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Surabaya untuk menyambut tahun baru Jawa, atau biasa disebut dengan Suro, yang jatuh pada bulan Muharram. Dalam upacara ini, ribuan warga berkumpul di sekitar Masjid Agung Surabaya untuk melihat prosesi kirab budaya yang dipimpin oleh petinggi setempat dan diikuti oleh berbagai hiasan, patung, serta atraksi budaya yang menarik.
  • Temu Manten Pegon
  • Upacara pertemuan calon pengantin laki-laki dan perempuan, yang dikenal sebagai Temu Manten Pegon, merupakan suatu tradisi yang semakin langka di masyarakat karena membutuhkan biaya yang tinggi. Dalam acara Temu Manten Pegon, unsur ritual dan pakaian yang dipakai sangat kental dengan budaya Surabaya. Setelahnya, biasanya diadakan prosesi arak-arakan yang meriah, di mana rombongan memperlihatkan kegembiraan mereka kepada warga sekitar.

 

 

GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

Surabaya secara geografis berada pada 0709'00" -- 0721'00" Lintang Selatan dan 11236'- 11254' Bujur Timur. Luas wilayah Surabaya meliputi daratan dengan luas 326,81 km dan lautan seluas 190,39 km. Kota Surabaya berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu: Selat madura di Utara, Selat madura di timur, Kabupaten Sidoarjo di Selatan, Kabupaten Gresik di Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun