Mohon tunggu...
Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Mohon Tunggu... Petani - Petani kopi dan literasi

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kloter Terakhir

16 Juli 2023   07:00 Diperbarui: 16 Juli 2023   07:07 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
| Sumber: hajj.garuda-indonesia.com

Tidak ada firasat apa pun ketika ponsel Libo berbunyi, dari Bank tempat Libo menitipkan tabungan hajinya. Lantas terjadi pembicaraan serius antara Libo dengan seseorang. Tidak berlangsung lama.

Libo memanggil istrinya, tubuhnya lemas. Mata berkaca-kaca. Akhirnya ia menangis. Istri Libo menyaksikan hal itu. Lalu menanyakan ada permasalahan apa sehingga Libo mengharu biru demikian.

“Gusti Allah telah memanggil kita, Bu.” Suara Libo sedikit lemah dan gemetar. “Barusan ada telpon dari Bank, memberi tahu agar kita segera melakukan pelunasan setoran haji. Kita berangkat haji tahun ini. Waktu kita melakukan pelunasan hanya tiga hari. Bisakah kita melunasi kekurangan itu ?” Terbata-bata suara Libo menjelaskan kepada istrinya.

Istri Libo terbelalak, ia tidak percaya secepat itu menerima informasi berangkat haji. Ada haru, bahagia, dan bingung. Bergejolak dalam hati Libo dan istrinya.

Mereka sama sekali tidak menduga, sepeti kilat perubahan jadwal terjadi. Di luar perhitungan juga, biaya haji naik dua kali lipat. Dalam waktu tiga hari, Libo harus melunasi kekurangan setoran haji sebesar 20 jutaan, untuk masing-masing senilai 10 jutaan.

Kondisi keuangan Libo saat itu serba kekurangan.
Dari mana uang 20 jutaan bisa diperoleh, dalam waktu tiga hari ?
Itu belum termasuk uang untuk pegangan selama ibadah haji.

Sungguh luar biasa, terhenyak, tercengang, terpana.
Kaki Libo serasa berat untuk melangkah, tubuhnya terasa kaku tidak dapat bergerak.

***

Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pemberi, Maha segalanya.
Jika Allah sudah berkehendak, segalanya akan dimudahkan.
Jika Allah telah mengundang, segalanya akan dilancarkan.
Dengan keyakinan yang sangat kuat, Libo menceritakan permasalahan itu kepada kedua anaknya.

Satu hari pertama.
Libo hanya bisa berdiam diri dan berdoa. Tidak mungkin dalam waktu yang sesingkat itu ia mampu memperoleh uang sebesar itu. Tapi Libo tetap yakin, jika Allah berkehendak, segala yang tidak mungkin, akan menjadi mungkin.

Hari itu berakhir tanpa kata-kata. Kabar dari anaknya pun tidak ada. Kehidupan seolah berhenti. Hening.

Hari kedua.
Dengan persetujuan istrinya, Libo menawarkan satu-satunya kendaraan roda dua yang ia miliki, kepada tetangganya. Meskipun ia tahu, seandainya laku terjual, belum cukup juga melunasi kekurangan yang diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun